Apa Itu Hiperseks Gejala PTSD yang Dikaitkan dengan AG? Ini tanda-tandanya

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 11 April 2023 | 17:44 WIB
Apa Itu Hiperseks Gejala PTSD yang Dikaitkan dengan AG? Ini tanda-tandanya
Mario Dandy Satriyo bersama AG. (Twitter)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Warganet ramai menyorot tajam terkait dugaan AG bersetubuh dengan tersangka penganiayaan Mario Dandy hingga lima kali. Hal itu membuat AG dinilai sebagai korban kekerasan seksual yang dilakukan oleh Mario Dandy.

Pasalnya, AG masih di bawah umur atau berusia 15 tahun. Sedangkan Mario Dandy sudah dewasa dan berusia 20 tahun. Sontak, aksi Mario Dandy berhubungan dengan AG dinilai sebagai tindakan child grooming. 

Ditambah belakangan tersiar kabar bahwa Mario Dandy sudah melakukan hubungan badan dengan AG. Berdasarkan UU Perlidungan Anak, persetubuhan dengan anak sendiri tidak mengenal 'istilah suka sama suka', karena anak belum bisa memberikan consent atau persetujuan persetubuhan.

Dengan kata lain, aksi Mario Dandy jika benar melakukan persetubuhan dengan AG makan dianggap telah melakukan kekerasan seksual.

Baca Juga: Tengil! Mario Dandy Keciduk Ganti Pelat Mobil di Pinggir Jalan

Status AG yang menjadi terdakwa di kasus penganiayaan David, kini juga dianggap menjadi korban kekerasan seksual Mario Dandy. Tak sedikit warganet menyorot tajam pihak-pihak yang justru menyudutkan AG karena masalah 'persetubuhan' dengan Mario Dandy.

Seorang warganet bahkan menilai tidak sepantasnya AG dijadikan bulan-bulanan terkait masalah tersebut. Bahkan AG juga dikaitkan kemungkinan bisa mengalami hiperseksual yang merupakan bentuk gejala PTSD (post traumatic stress disorder)

Orang dewasa bersetubuh 5 kali dengan anak, malah si anak bawah umur yang di-slutshame. Undang-Undang Perlindungan Anak tidak mengenal 'suka sama suka'. Ini pencabulan anak di bawah umur," tulis seorang warganet.

"Selain itu, hypersexuality (hiperseks) justru bisa jadi salah satu bentuk respons dari trauma,” lanjutnya.

Melansir dari laman Halodoc, disebutkan bahwa perilaku hiperseksual juga bisa disebabkan karena rasa trauma. Hal tersebut juga berdasar pada hasil studi dari Journal of Affective Disorders yang menyebut bahwa perilaku hiperseksual berhubungan dengan trauma di masa lalu, PTSD dan juga depresi.

Baca Juga: Agnes Gracia Ngaku Sudah Hubungan Sampai 5 Kali Dengan Mario Dandy, Netizen Justru Simpati: Dia Korban!

Tidak hanya itu, disebutkan pula bahwa seorang pengidap PTSD merasa saat mereka melakukan seks berlebihan, ini akan jadi lebih menantang atau bahkan membangkitkan gairahnya. Hal tersebut merupakan dampak dari perubahan parameter setelah rasa trauma yang ia alami.

Sederhananya, hiperseks adalah kecanduan seks atau memiliki obsesi pada seks, tindakan seksual, sampai dengan fantasi seksual.

Lantas, apa itu gejala PTSD Hiperseks? Seperti apa ciri-cirinya? Simak informasi lengkapnya berikut ini.

Melansir dari laman resmi Very Well Mind, hiperseks atau hiperseksual disorder merupakan gangguan perilaku seksual kompulsif atau dilakukan secara berulang-ulang dan konsisten, meskipun dianggap menyenangkan tetapi juga mengganggu.

Adapun beberapa ciri hiperseks yang berhubungan dengan rasa trauma antara lain yaitu:

1. Lebih Mengutamakan Seks

Seseorang yang mengedepankan aktivitas seks ketimbang  aktivitas lainnya bisa jadi mengidap gangguan mental.

Pengidapnya akan sangat mungkin mengalami kesulitan untuk bisa mengendalikan pikiran atau tindakan yang berhubungan dengan seks, sehingga ia bertindak kompulsif sesuai dengan hasrat dirinya.

2. Melakukan Seks yang Berbahaya

Ciri lain apabila seseorang mengidap hiperseks akibat trauma, yakni orang tersebut bisa melakukan hubungan seks yang memiliki risiko atau berbahaya.

Seperti misalnya tidak menggunakan kondom pada saat melakukan seks atau memilih pasangan tanpa mengetahui status kesehatannya.

3. Untuk Mengendalikan Orang Lain

Seseorang yang mengidap hiperseks karena trauma di masa lalu bisa melakukan seks sebagai bentuk kendali atas pikirannya, atau bahkan kendali atas tindakan orang lain dan bukan untuk mencapai kenikmatan apapun.

Bahkan, di beberapa kasus, orang hiperseks melakukan seks agar bisa merasa dicintai dan diakui demi bisa memanipulasi pasangannya.

4. Merasa Kecanduan Seks

Terdapat perbedaan antara menikmati seks dengan kecanduan seks. Seseorang bisa jadi hanya ingin mendapatkan sensasi yang lain, tetapi tidak menikmati hubungan tersebut.

Kecanduan seks biasanya akan membuat penderitanya merasakan malu, penyesalan dan bahkan rasa trauma.

5. Mati Rasa Secara Emosional

Seseorang dengan trauma karena pelecehan seksual berulang kali belajar untuk disosiasi dari tubuhnya. Hal tersebut menjadikan ia merasa mati rasa secara emosional untuk mengatasi trauma yang berulang.

Tindakan tersebut bisa jadi cara untuk melindungi diri dari perasaan negatif.

6. Ingin Mendapatkan Hubungan Bermakna

Mereka yang memisahkan seks dari keintiman emosional bisa jadi pernah mengalami pelecehan seksual di masa lalu.

Orang yang mengalami hiperseks karena trauma bisa jadi menemukan kenikmatan seksual oleh banyak orang dibanding dengan pasangannya sendiri.

Kontributor : Syifa Khoerunnisa

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI