Suara.com - Puasa Ramadhan untuk perantau memang jadi tantangan tersendiri, karena tidak tinggal dengan keluarga dan harus menyiapkan semua kebutuhannya sendiri. Apalagi tantangan puasa pertama bakal lebih susah bangun sahur, gimana caranya ya agar tidak kesiangan?
Guru Besar Penyakit Dalam FKUI (Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia), Prof. Ari Fahrial Syam membenarkan jika puasa Ramadhan memerlukan adaptasi tubuh sekaligus untuk detoksifikasi racun.
"Yang penting adalah ini kan puasa Ramadhan merupakan suatu training, jadi bagaimana kita beradaptasi tentunya perlu latihan," ujar Prof. Ari Fahrial saat dihubungi suara.com, Rabu (22/3/2023),
Lelaki yang juga Dekan FKUI itu menjelaskan, khusus untuk para perantau yang harus sendirian saat menjalani ibadah puasa, baik saat sahur maupun buka puasa, disarankan tidur lebih awal agar kebutuhan tidur tercukupi.
Baca Juga: Senang Raffi Ahmad Sahur di Rumah, Ucapan Terlalu Jujur Rafathar Bikin Ngakak
"Yang penting adalah waktu tidur diusahakan minimal 5 jam dalam tidur kita," jelas Prof. Ari Fahrial.
Selain itu, ia juga menyarankan untuk menggunakan alarm, karena di perantauan tidak ada keluarga yang akan membangunkannya, jadi harus membiasakan diri.
"Untuk kesempatan pertama buat orang-orang yang sendiri tentu harus menggunakan alarm, untuk memastikan bahwa dia akan bangun sesuai jam," katanya.
Sementara itu mengutip Ameri Sleep, ada cara tambahan yang bisa diterapkan agar fungsi alarm benar-benar bisa membangunkan tidur, yaitu letakan alarm jauh dari tempat tidur.
Tujuan dari tindakan ini, agar tidak mudah menekan tombol snooze atau mematikan sementara alarm. Sehingga saat alarm berbunyi mau tidak mau harus bangun untuk mematikannya, sehingga lebih mudah untuk sadar bangun pagi.
Baca Juga: Raffi Ahmad Senang Bisa Sahur Bareng Keluarga Setelah 15 Tahun Absen, Reaksi Rafathar Bikin Ngakak
Alarm ini bisa ditempatkan di atas rak atau meja sisi lain dari kamar tidur.