Suara.com - Penyakit jantung bawan masih menjadi masalah yang kerap dihadapi oleh banyak bagi di Indonesia, Menurut data Kementrian Kesehatan Republik Indonesia bahwa Penyakit jantung bawaan merupakan penyebab kematian tersering dari seluruh kelainan bawaan.
Terjadi sekitar 8 dari 1000 kelahiran hidup. Angka Kematian terjadi dalam 6 bulan pertama kehidupan, dan 80% kematian terjadi pada usia 1 tahun.
Penanganan penyakit jantung bawaan dapat dilakukan dengan terapi non operatif hingga terapi operatif bergantung pada tingkat keparahannya. Penyakit Jantung Bawaan (PJB) atau Congenital Heart Diseases merupakan kelainan pada struktur dan fungsi jantung yang sudah ada sejak lahir.
Kondisi ini dapat mengancam jiwa, karena mengganggu aliran darah dari dan menuju ke jantung. Dalam keterangannya, Prof. Dr. dr. Najib Advani, Sp.A (K) MMed. (Paed.) menjabarkan mengenai gejala kelainan jantung bawaan.
Baca Juga: Geger Siswi SMP di Riau Kubur Bayi saat Kemah, Terkuak Pernah Hubungan Badan dengan 2 Pemuda
”ada beberapa kasus gejalanya muncul langsung setelah bayi baru lahir, misalnya bibir, kulit, jari tangan, dan kaki kebiruan, sesak napas atau kesulitan bernapas, kesulitan makan, berat lahir rendah, nyeri dada, serta pertumbuhan yang lambat. Selain itu ada juga gejala yang muncul beberapa tahun setelah lahir, seperti, irama jantung yang tidak normal, pusing, kesulitan bernapas, pingsan maupun kelelahan.” Ungkap dr. Najib menjelaskan.
Sementara itu, menurut dr. Febtusia Puspitasari, Sp.JP, FIHA, FAsCC. penyakit jantung bawaan ini bisa terjadi karena gangguan pada saat proses pembentukan dan juga perkembangan jantung pada saat janin masih ada di dalam kandungan.
"Untuk terapi yang dapat dilakukan pada kasus jantung bawaan tergantung dari kondisi pasien dan kasus yang diderita. Untuk tindakan non-bedah yang dapat dilakukan yaitu pemasangan coil atau alat seperti payung / jamur, tindakan balloon valvuloplasty, dan atau balloon atrial septostomy (BAS), sedangkan untuk terapi bedahnya antara lain, operasi paliatif pulmonary artery banding, operasi ligasi (pengikatan) PDA, operasi paliatif blalock-tausig shunt (BTS), operasi arterial switch dan penutupan VSD, serta bi-ventricular repair (koreksi total) ataupun single ventricular repair (Fontan)," kata dia.
Lebih lanjut, terkait tumbuh kembang bagi anak dengan penyakit jantung bawaan, Dr. dr. Nita Ratna Dewanti, Sp.A memaparkan bahwa gangguan pertumbuhan sering terjadi, maka diperlukan pemantauan pertumbuhan untuk mempertahankan pertumbuhan linier, seperti pemantauan terhadap peningkatan ukuran tubuh seperti tinggi badan, berat badan dan lingkar kepala, serta peningkatan berat badan agar berhasil dengan optimal.
"Setiap bayi harus mendapat ASI Eksklusif selama 6 bulan pertama kehidupannya (termasuk IMD) dan juga untuk memenuhi kebutuhan nutrisinya, harus mendapat MP-ASI yang cukup dan aman, sementara ASI diteruskan sampai usia 2 tahun atau lebih.”
Baca Juga: Jaga Kesehatan! Ini 4 Cara Mudah Menurunkan Tingkat Insulin pada Tubuh
Sementara itu, CEO RS Premier Bintaro dr. Martha M.L. Siahaan, MARS, MHKes mengatakan bahwa ia berharap bisa meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap kesehatan khususnya pada penyakit jantung bawaan.
"Sehingga Jika ada orang disekitar kita yang kita kenal mengalami gejala atau bahkan kondisi dengan penyakit jantung bawaan, kita dapat memberi atau berbagi pengetahuan terhadap langkah atau proses perawatan yang tepat yaitu, dengan segera menganjurkan atau meyakinkan untuk memeriksakan diri ke dokter spesialis jantung," kata dia.