Dialami 8 dari 10 Orang di Dunia, Ini Bahaya Menggeretakkan Gigi Berlebihan

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Selasa, 07 Maret 2023 | 19:32 WIB
Dialami 8 dari 10 Orang di Dunia, Ini Bahaya Menggeretakkan Gigi Berlebihan
Ilustrasi menggeretakkan gigi. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menggeretakan gigi  atau menggesekkan gigi secara berlebihan disebut sebagai bruxism, yang mana jika dilakukan secara terus-menerus bisa berdampak buruk bagi kesehatan.

Kondisi ini biasanya terjadi ketika seseorang sedang dilanda kecemasan atau stres secara tak sadar ketika melakukannya. Bruxism umumnya terjadi saat tidur pada malam hari (sleep bruxism) dan siang hari atau ketika bangun tidur (awake bruxism).

Melansir laman Good Doctor, terdapat 8 dari 10 orang populasi yang kerap melakukan kebiasaan ini. Umumnya terjadi pada seseorang yang berusia 25-44 tahun, namun tak menutup kemungkinan dapat terjadi pada anak-anak.

Apabila bruxism terjadi di saat tidur, ada kemungkinan Anda mengalami gangguan tidur seperti berhenti bernapas (sleep apnea) dan mendengkur. Apabila sering melakukan kebiasaaan ini baik secara sadar atau pun tak sadar, tentunya akan menimbulkan hal buruk dan membutuhkan perawatan khusus.

Baca Juga: Ternyata, Amanda Manopo Punya Kebiasaan Buruk Ini Saat Tengah Malam, Bahkan Saat Masih Bareng Arya Saloka di Ikatan Cinta

Ilustrasi Gigi Sehat. (Pixabay)
Ilustrasi Gigi Sehat. (Pixabay)

Sementara itu melansir Halodoc, kondisi bruxism yang sudah parah bisa menimbulkan berbagai masalah kesehatan. Seperti gangguan pada rahang, gigi rusak (longgar, patah atau copot), sakit kepala dan lain sebagainya.

Drg. Irvanda Mulyaningsih, Sp. Ort melalui layanan Alomedika, 21 September 2021 lalu menjelaskan beberapa penanganan khusus bagi penderita bruxism bila masalah yang dialami sudah serius, di antaranya:

  1. Bruxism yang disebabkan oleh stres bisa dilakukan teknik relaksasi meliputi terapi meditasi, dilanjutkan dengan terapi perilaku guna mengurangi kebiasaannya, serta terapi biofeedback agar aktivitas otot rahang terkontrol.
  2. Sebelum tidur mengonsumsi obat relaksan otot, dan apabila tidak berhasil bisa dilanjutkan dengan penanganan suntik botox.
  3. Menggunakan behel (splint) atau pelindung mulut (mouth guard) guna merapikan dan meratakan gigi yang longgar.
  4. Menggunakan crown gigi untuk mencegah keausan pada gigi serta memperbaiki susunan dan permukaan gigi.
  5. Melakukan pengobatan mandiri dengan cara mengompres bagian yang terasa nyeri disertai pijatan-pijatan pada otot yang terasa sakit.

Apabila dirasa kebiasaan bruxism sudah sangat parah dan mengganggu aktivitas, segerakan konsultasi bersama dokter gigi agar mendapatkan penanganan lebih lanjut yang tepat. (Shilvia Restu Dwicahyani)

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI