50 Persen Penderita Penyakit Jantung Bawaan Datang ke Dokter Saat Sudah Terlambat, Cari Tahu Gejalanya

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 28 Februari 2023 | 12:16 WIB
50 Persen Penderita Penyakit Jantung Bawaan Datang ke Dokter Saat Sudah Terlambat, Cari Tahu Gejalanya
Ilustrasi Bayi [Pexels]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit jantung bawaan menjadi salah satu kondisi yang kerap dialami bayi ketika lahir. Penyakit ini telah ada sejak lahir akibat kelainan pada organ/ struktur jantung termasuk ruang jantung, dinding jantung, dan katup jantung. 

Kondisi tersebut bisa disebabkan karena malnutrisi, konsumsi obat-obatan tertentu atau infeksi yang dialami selama masa kehamilan. Sayangnya banyak penderita penyakit jantung bawaan yang datang dalam keadaan terlambat. 

“50 persen dari penderita penyakit jantung bawaan di Indonesia datang dengan keadaan yang sudah terlambat, misalnya karena mengabaikan tanda, pertimbangan biaya dan tidak meratanya sebaran fasilitas dan informasi tentang PJB, sehingga banyak kasus PJB yang tidak tertangani dengan baik,” kata dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) dalam media gathering Hearthology, Senin, (27/2/2023). 

Untuk itu ia mengatakan bahwa penting untuk mengenali gejala penyakit jantung bawaan. Radityo menjelaskan bahwa gejala yang sering dijumpai adalah warna kulit (kaki, tangan, bibir) yang kebiruan, sesak napas, berat badan yang sulit naik, infeksi batuk demam yang berulang dan kesulitan menyusui/ menyusui terputus-putus.

Baca Juga: Jangan Diabaikan! 5 Tanda Jantung Tidak Sehat Ini Mematikan Lho

Bersama dengan kemajuan teknologi di bidang kesehatan, khususnya dalam bidang intervensi kardiologi anak, untuk beberapa kasus, pasien PJB kini tidak lagi mengalami operasi atau pembedahan terbuka, namun dengan tatalaksana prosedur intervensi menggunakan kateter – non bedah, dimana penanganan tersebut sudah dapat ditangani oleh tim dokter di Heartology Cardiovascular Center.

“Fakta dan sekaligus kabar baik untuk kita semua, karena teknologi pada tatalaksana penanganan pasien PJB sudah semakin maju dan berkembang, sehingga jika dibandingkan dengan tahun 90an atau 1 dekade terakhir menunjukan, angka survival (hidup) pasien PJB meningkat 30%,” tambah dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) Spesialis Jantung dan Pembuluh Darah, Konsultan Kardiologi Pediatrik.

Beberapa kasus yang dapat dilakukan intervensi non-bedah, adalah PDA (Patent Ductus Arteriosus) yaitu kondisi di mana pembuluh darah yang menghubungkan aorta dan arteri paru tetap terbuka, kemudian lubang ditutup menggunakan device ADO (Amplatzer Ductal Occluder) dan ASD (Atrial Septal Defect) merupakan kondisi dimana
terdapat lubang serambi jantung yang mengakibatkan aliran darah menjadi tidak normal yang kemudian ditutup dengan device ASO (Amplatzer Septal Occluder).

Kedua prosedur ini dilakukan oleh tim spesialis jantung dan pembuluh darah, yaitu dr. Radityo Prakoso, Sp.JP(K) dan dr. Ario Soeryo Kuncoro, Sp.JP(K). dr. Radityo menjelaskan bahwa tindakan intervensi kateter ini dapat dilakukan dengan metode zero flouroscopy (tanpa radiasi). dr. Ario menambahkan, bahwa prosedur ini menggunakan bantuan imaging murni dari ekokardiografi.

Karena seperti yang kita ketahui, bahwa radiasi dapat menimbulkan efek jangka panjang untuk pasien, dokter dan tim laboratorium kateterisasi. Intervensi non bedah pada PJB menggunakan kateter, memiliki beberapa keuntungan di antaranya risiko/ komplikasi relatif lebih rendah, masa rawat di rumah sakit dan waktu pemulihan yang lebih singkat, serta biaya yang lebih murah, selain itu, waktu pengerjaan tindakan juga lebih singkat.

Baca Juga: Ternyata ini Ciri-ciri Penyakit Jantung, Simak Penjelasan dan Solusi dari dr. Zaidul Akbar di sini

Penanganan PJB yang tepat, dapat meningkatkan 3x usia harapan hidup pasien.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI