Perbedaan Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder Penyebab Sakit Jantung, Lebih Bahaya Mana?

Sabtu, 25 Februari 2023 | 18:09 WIB
Perbedaan Hipertensi Primer dan Hipertensi Sekunder Penyebab Sakit Jantung, Lebih Bahaya Mana?
Ilustrasi Pemeriksaan hipertensi (Unsplash/Mufid Majnun)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Hipertensi atau tekanan darah tinggi jadi salah satu penyebab sakit jantung tertinggi Indonesia, tapi mayoritas hipertensi ditemukan tidak sengaja. Ditambah jarang yang tahu perbedaan hipertensi primer dengan hipertensi sekunder, lebih bahaya mana ya?

Dikatakan Sekjen InaSh (Perhimpunan Hipertensi Indonesia), dr. Djoko Wibisono, Sp.PD bahwa kondisi hipertensi umumnya ditemukan tidak sengaja saat pemeriksaan kesehatan rutin, atau saat ada keluhan yang berat.

"Berawal dari kondisi yang sering kali diabaikan sebagian besar orang yang merasa tidak memiliki keluhan, namun sesungguhnya menjadi sumber komplikasi kesehatan yang lebih fatal untuk organ vital seperti otak, jantung, maupun ginjal," ujar dr. Djoko di Ritz Carlton, Mega Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (24/2/2023).

Perlu diketahui, hipertensi terjadi saat tekanan darah seseorang terdeteksi lebih dari 140/90 mmHg di pada 2 kali pemeriksaan yang berbeda, saat pengukuran di klinik atau fasilitas layanan kesehatan dengan menggunakan alat ukur tekanan darah yang sudah tervalidasi.

Baca Juga: Inilah Tips Turunkan Tekanan Darah Tinggi dari Zaidul Akbar, Salah Satunya dengan Air Kelapa

Ilustrasi hipertensi (Shutterstock)
Ilustrasi hipertensi (Shutterstock)

dr. Djoko menambahkan, hipertensi juga jadi penyebab utama sakit stroke atau pendarahan di otak karena pecahnya pembuluh darah, atau tersumbatnya pembuluh darah di otak.

Mirisnya dengan kondisi sakit berat hingga kematian, hipertensi juga kerap disebut silent killer atau si pembunuh senyap.

"Hipertensi masih menjadi faktor risiko utama penyebab dari stroke perdarahan, penyakit jantung koroner, gagal jantung, penyakit ginjal kronik, bahkan kematian dini," jelas dr. Djoko.

Berdasarkan data Riset Kesehatan Dasar atau Riskesdas 2018, terjadi kenaikan angka kejadian kasus hipertensi di Indonesia menjadi 34,11% dari 25,8% di 2013.

Adapun hipertensi terbagi dalam dua kelompok penyebab, yaitu hipertensi primer atau esensial sebanyak 90 hingga 95% kasus merupakan hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya.

Baca Juga: Wah, Ternyata Hujan Bisa Jadi Obat Gangguan Mental, Ini Penjelasan Zaidul Akbar

Lalu ada juga hipertensi sekunder berkisar antara 5 hingga 10%, yaitu tekanan darah tinggi yang diketahui sebabnya.

Hipertensi sekunder ini berhubungan dengan tanda-tanda gangguan pembuluh darah ginjal, gangguan kelenjar gondok atau tiroid, dan penyakit kelenjar adrenal atau sebuah kelenjar di atas ginjal yang bertugas menghasilkan hormon, serta konsumsi obat-obatan tertentu.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI