Mengenal Tradisi Bau Nyale di Lombok, Kandungan Gizinya Tinggi?

Sumarni Suara.Com
Sabtu, 11 Februari 2023 | 08:00 WIB
Mengenal Tradisi Bau Nyale di Lombok, Kandungan Gizinya Tinggi?
Ribuan warga memadati Pantai Seger, Desa Kuta Mandalika. Mengikuti tradisi Bau Nyale, Senin dini hari (21/2/2022) [Suara,com/Lalu M Helmi Akbar]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Cara mengolah nyale yang tepat

Nurul Ratna menyebut nyale bisa dimasak sesuai selera. Entah itu digoreng ataupun dipepes.

"Sebetulnya apapun oke. Prinsipnya kalau makanan entah itu hewani atau apapun, kalau digoreng itu kan suhu tinggi di atas seratus banyak komponen yang rusak memang, secara umum yah. Saya nggak tahu nyale ini gimana," jelasnya.

Hanya saja, dia menyarankan sebaiknya nyale diolah menjadi pepes ataupun pakai santan agar kandungan gizinya tetap ada. Mengingat selain protein, cacing laut ini juga memiliki kandungan zat besi.

Masakan olahan nyale alias cacing laut yang populer di Lombok. [Suara.com/Sumarni]
Masakan olahan nyale alias cacing laut yang populer di Lombok. [Suara.com/Sumarni]

"Jadi kalau dilihat cara-cara itu, yang bagus itu pepes atau santan. Tapi ingat dengan proses pengolahan, zat besi dan protein itu bisa rusak yah. Tapi berapa persennya bisa diteliti lebih lanjut," kata Nurul Ratna.

Lalu bolehkan anak makan nyale?

Terkait ini, Nurul Ratna tidak mempermasalahkan. Asal si anak sudah menerima MPASI.

"Kalau anak begitu dia mengenal MPASI pertama yah. Jadi enam bulan ke atas itu sudah bisa. Karena kondisi ususnya sudah bisa menerima makanan padat. Cuma harus diblender atau gimanain lagi proses masaknya tetap harus diperhatikan," tutupnya mengakhiri.

Baca Juga: Kelezatan Khas Cianjur: 4 Makanan Wajib Dicoba Saat Berkunjung ke Kota Ini

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI