Suara.com - Campak merupakan salah satu penyakit yang berbahaya jika terjadi komplikasi. Terlebih, penularan penyakit satu ini bisa terjadi hanya melalui droplet atau percikan saat bersin, batuk, hingga bicara.
Oleh karena itu, penting untuk mengetahui gejala campak pada anak sedini mungkin supaya upaya pengobatan dapat dilakukan sebaik mungkin.
Gejala Campak
Dilansir dari laman Sehat Negeriku milik Kemenkes, gejala umum campak biasanya berupa demam, batuk, pilek, mata berair, dan munculnya bintik-bintik kemerahan pada kulit. Bintik merah pada kulit biasanya akan muncul 2–4 hari setelah gejala awal.
Baca Juga: Kasus Campak Masih Ditemukan, Dinkes Kota Jogja Dorong Orang Tua Penuhi Imunisasi Anak
Bintik merah biasanya akan terlihat pertama kali di sekitar wajah dan leher. Setelah itu lama kelamaan akan menyebar hingga ke seluruh tubuh. Ukurannya pun akan semakin membesar hingga menyatu.
Namun gejala awal campak sendiri biasanya akan muncul setelah 10–14 hari seseorang terpapar infeksi dari virus famili Paramyxovirus.
Gejala Campak yang Mengalami Komplikasi
Sebenarnya, pada orang yang memiliki daya tahan tubuh yang baik, campak bisa sembuh dengan sendirinya, tanpa pengobatan.
Namun pada pengidap yang memiliki daya tahan tubuh buruk atau bahkan belum pernah mendapat imunisasi campak, gejala yang muncul mungkin akan memburuk sampai menunjukkan adanya komplikasi seperti berikut.
Baca Juga: Ada KLB 18 Kasus Campak di Wilayah Tenjo Bogor, Ini Kata Dinkes
- Dehidrasi karena diare dan muntah.
- Radang paru-paru atau pneumonia.
- Infeksi telinga.
- Ensefalitis.
- Kebutaan.
Komplikasi campak paling banyak ditemukan pada anak di bawah lima tahun. Apabila campak diderita ibu hamil, ini bisa meningkatkan risiko adanya komplikasi kehamilan seperti kelahiran prematur hingga janin meninggal.
Campak di Indonesia
Adanya pandemi Covid-19 lalu membuat target imunisasi campak tidak bisa memenuhi target. Akibatnya di tahun 2022, ada 12 provinsi yang melaporkan kejadian luar biasa (KLB) di mana ada lebih dari dua kasus campak yang ditemukan di provinsi tersebut.
Laporan kasus campak sepanjang tahun 2022 memang mencapai 3.341 kasus. Angka ini meningkat hingga 32 kali lipat dari tahun 2021.
Oleh karena itu, saat ini pemerintah sedang berupaya meningkatkan kembali cakupan imunisasi campak yang kebanyakan diduga campak rubella tersebut. Pemerintah juga menyarankan untuk segera membawa anak-anak yang mengalami gejala ruam-ruam dan demam ke rumah sakit untuk dilakukan pemeriksaan.
Kontributor : Hillary Sekar Pawestri