Suara.com - Di momen Hari Gizi Nasional 2023, Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) merekomendasikan makanan tambahan saat posyandu tidak lagi kacang hijau, tapi diganti ikan, telur, ayam, daging atau hati ayam, atau sumber protein hewani lainnya.
Saran ini disampaikan Ketua IDAI, Dr. Piprim Piprim B Yanuarso karena tema hari gizi tahun yaitu Isi Piringku Kini Kaya Protein Hewani Cegah Stunting. Tujuannya agar anak-anak banyak mengonsumsi protein hewani untuk mencukupi kebutuhan gizi.
"Mungkin nanti di posyandu-posyandu, pemberian makanan tambahan itu kaya dengan protein hewani, telur ikan, unggas, jadi bukan hanya kacang hijau atau biskuit, itu tidak selaras dengan jargon dan tagline kita," ujar Dr. Piprim saat konferensi pers Kemenkes terkait Hari Gizi Nasional, Jumat (20/1/2023).
Konsumsi protein ini juga dikhususkan saat pemberian makanan pendamping ASI atau MPASI, untuk anak usia 6 bulan hingga satu tahun tidak disarankan menjadikan sayur dan buah sebagai makanan utama, yang juga seperti imbauan Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO.
Baca Juga: Mirip Banget, Ridwan Kamil dan Neng Anne Kayak Kakak Adik
"Oleh karena itu WHO tidak menganjurkannya, kekeliruan dalam masyarakat kita, justru MPASI diberi sayur banyak-banyak, akibatnya bayi kenyang dan tidak mengonsumsi protein hewani dengan cukup," imbuh Dr. Piprim.
Ia menambahkan, di 1.000 hari pertama kehidupan sejak pertama kali bayi dilahirkan ini adalah fase emas, dimana kesehatan bayi sangat dipengaruhi dari makanan dan rangsangan saraf motorik.
Sehingga di usia ini juga tidak disarankan mengonsumsi protein nabati atau protein yang berasal dari sayur-sayuran maupun biji-bijian, karena tidak mencukupi kebutuhan anak. Apalagi kandungan zat gizi dalam protein nabati tidak sebanyak pada protein hewani.
Ini juga jadi alasan IDAI mengirim surat ke Kemenkes untuk mengubah konsep isi piringku yang umumnya hanya untuk anak usia di atas satu tahun. Tapi pada anak usia 6 hingga 1 tahun mereka mengonsumsi MPASI yang umumnya dalam bentuk mangkuk.
"Kami sudah kirimkan surat ke kemenkes, agar supaya tidak misleading, nanti dalam edukasi gambar itu, kalau kita edukasi kaya protein hewani, mungkin mpasi itu kan nggak pakai piring. Isi Piringku itu pada anak-anak sudah besar, MPASI pakai mangkok dan sendok, mungkin perlu diperhatikan," tutup Dr. Piprim.
Baca Juga: Pengetahuan Minim Jadi Biang Kerok Angka Stunting Masih Tinggi, Terus Harus Bagaimana?