Suara.com - Chief Digital Transformation Office Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Setiaji mengatakan, digitalisasi pada layanan kesehatan akan menghemat biaya yang harus dikeluarkan oleh rumah sakit. Setiaji mencontohkan, digitalisasi dapat menghemat biaya hingga Rp2 miliar setiap tahunnya pada rumah sakit tipe C.
Setiaji menjelaskan, biaya untuk rekam medis non-elektronik selama ini masih cukup besar. Mulai dari biaya kertas hingga tenaga kesehatan, dimana harus melakukan pencatatan berulang kali.
![Ilustrasi dokter - rekomendasi pengganti obat sirup untuk anak (Karolina Grabowska/Pexels)](https://media.suara.com/pictures/original/2022/10/20/73136-ilustrasi-dokter-rekomendasi-pengganti-obat-sirup-untuk-anak-karolina-grabowskapexels.jpg)
"Padahal, anggaran tersebut bisa dikonversi untuk pembuatan sistem yang biayanya jauh lebih murah. Karena untuk membangun sebuah sistem, rumah sakit tidak harus membangun infrastrukturnya," kata Setiaji dlam keterangannya, Kamis, (20/1/2023)
Dia mengatakan, adanya digitalisasi membuat layanan kesehatan menjadi mudah. Mulai dari mempersingkat waktu tunggu pasien ketika melakukan pendaftaran di rumah sakit, hingga mempermudah jangkauan layanan kesehatan pasien di manapun berada.
Baca Juga: Joget-Joget di Rumah Sakit, Wajah Bengkak Lucinta Luna Jadi Pertanyaan
“Dari sisi pelayanan akan lebih cepat. Kita (pihak rumah sakit) tidak perlu lagi menginput data berulangkali. Lalu, digitalisasi membuat pasien bisa langsung mendapatkan rekam medisnya atau hasil pemeriksaanya,” ujar dia.
Kendati demikian, lanjut dia, digitalisasi layanan kesehatan juga memiliki tantangan tersendiri. Rumah sakit yang sudah menjalankan digitalisasi sistem kebanyakan belum menyeluruh. Belum semua layanan di rumah sakit terkoneksi secara digital.
“Mungkin bagian depannya atau pendaftarannya saja online, tapi di belakangnya belum terhubung dengan masing-masing layanan seperti apotek, laboratorium, radiologi termasuk juga rawat inap,”kata dia.