Suara.com - Permainan latto-latto yang tengah jadi tren telah menimbulkan korban pada anak-anak. Di media sosial beredar video tentang seorang anak berinisial AN kelas 2 SD di Kabupaten Kubu Raya, Kalimantan Barat, mengalami luka pada mata akibat bermain latto-latto bersama teman-temannya.
Anak tersebut alami luka pada mata akibat terkena sepihan bola latto-latto yang pecah saat sedang bermain.
Untuk menghindari kejadian serupa terjadi lagi, Pemerhati Anak Retno Listyarti mengingatkan agar orang tua tetap mengawasi anak saat sedang bermain latto-latto. Walaupun sedang menjadi tren, tidak semua anak juga bisa ikut memainkannya.
"Batas usia anak bermain latto-latto, yaitu minimal 8 tahun. Karena anak usia 8 tahun ke atas telah memiliki kemampuan kognitif untuk menangkap aturan saat bermain lato-lato, baik dilakukan secara sendiri maupun bersama temannya," saran Retno melalui keterangan tertulisnya, Selasa (10/1/2023).
Baca Juga: Suara Mainan Viral Lato-lato Bikin Naik Darah Seorang Dokter, Warganet: Harus Dilarang!
Mantan komisioner Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) itu juga menyarankan kepada para orang tua agar memiliki aturan main latto-latto agar anak tidak kelelahan fisiknya, terutama bagian tangan dan kaki.
"Para orangtua harus memastikan tali latto-latto kuat dan tidak mudah putus, karena ketika talinya putus saat dimainkan akan berpotensi mengenai benda atau manusia di sekitar anak yang sedang bermain," sarannya.
latto-latto yang dimainkan anak juga harus dipastikan terbuat dari bahan yang aman dan tidak mudah pecah meski dibenturkan berkali-kali. Hal tersebut penting agar anak-anak terhindar dari serpihan bola latto-latto ketika pecah yang berpotensi mengenai wajah, terutama mata.
Lato-lato pertama kali populer di Amerika Serikat sekitar akhir tahun 60-an atau awal 70-an, banyak yang menamai lato-lato dengan berbagai sebutan seperti clackers, click-clacks, knockers, atau Ker-Bangers.
Bentuk lato-lato seperti senjata yang digunakan suku di Amerika Selatan bernama Bolas. Sejak kemunculannya lato-lato dianggap sangat mengganggu bagi orang tua.
Baca Juga: Teuku Wisnu Pamer Aksi Kocak Main Lato-Lato: Otw Professional Player
Tentu saja hal tersebut tidak berlaku bagi anak-anak yang justru semakin senang ketika dua bandulan bola itu beradu semakin kencang yang menimbulkan kebisingan yang sangat mengganggu.
Tidak sampai di situ, ternyata permainan lato-lato ini sempat dilarang dan ditarik peredarannya oleh Food and Drug Administration (FDA) di tahun 1966. Alasannya karena sempat terjadi kasus di mana ada retakan lato-lato yang pecah dan mengenai anak-anak yang sedang memainkannya.
FDA sendiri sebetulnya adalah lembaga yang mengatur mengenai obat dan makanan, namun ia memiliki kewenangan untuk melindungi orang-orang dari permainan bahaya yang mengandung bahan kimia, mudah terbakar maupun radioaktivitas.
Tiga tahun kemudian kewenangan mengenai bahaya permainan diawasi langsung di bawah naungan Child Protection and Toy Safety.