Suara.com - Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. M. Adib Khumaidi, Sp.OT., tak menampik makin banyak tenaga kesehatan, termasuk dokter, yang kian eksis di media sosial.
Beberapa di antaranya bahkan memiliki pengikut sampai ratusan ribu di media sosial karena sering memberikan informasi tentang kesehatan.
Walaupun tidak ada larangan tenaga kesehatan juga menjadi selebgram, hanya saja dokter Adib mengingatkan agar oara dokter tetap mengedepankan kode etik profesi.
"Barang banyak sekali informasi tentang penyakit informasi tentang kesehatan nanti tidak terlepas dari upaya promotif, preventif, dan kuratifnya," kata dokter Adib saat berbincang dengan suara.com beberapa waktu lalu.
Upaya preventif atau pencegahan, lanjut dokter Adib, bisa jadi bahan edukatif yang tepat kepada masyarakat. Ia menyarankan agar para dokter sebaiknya memperbanyak informasi tentang cara pencegahan suatu penyakit di media sosial.
Sedangkan upaya kuratif atau penyembuhan tentunya hanya bisa dilakukan di fasilitas layanan kesehatan.
"Yang perlu ditingkatkan adalah promotif, preventifnya untuk mengedukasi masyarakat menjaga hidup sehat, meningkatkan kadar imunnya terhadap banyak penyakit. Jangan sampai dia masuk dalam suatu kondisi penyakit yang membutuhkan perawatan," tuturnya.
Menurut dokter Adib, informasi bohong tentang kesehatan masih jadi yang terbanyak beredar di media sosial. Untuk itu, dokter yang memiliki akses terhadap media sosial dan memiliki banyak pengikut bisa berikan informasi yang benar agar masyarakat tidak terperangkap pada hoaks.
"Jadi bukan dalam promosi terkait obat, tapi lebih mengarah edukasi kepada masyarakat tentang menjaga kesehatan dan mengetahui tentang masalah penyakit-penyakitnya," ucap dokter spesialis Ortopedi dan Traumatologi tersebut.