Suara.com - Jelang final Piala Dunia 2022 Qatar, tim nasional (timnas) Prancis diterpa cobaan berat. Sebab, sejumlah pemain utamanya tumbang karena diduga terinfeksi flu unta. Adapun pada babak final nanti, mereka akan berhadapan dengan Argentina.
Melansir DailyMail, sang manajer Timnas Prancis, Didier Deschamps menyampaikan ada tiga orang pemain yang diduga terserang flu unta. Ketiganya adalah Kingsley Coman, Dayot Upamecano, dan Adrien Rabiot.
Lantas, apa itu flu unta? Apakah penyakit ini bisa menyebar luas dengan cepat seperti flu pada umumnya? Untuk mengetahui pengertian hingga pengobatan secara lengkap, simak informasinya berikut ini.
Apa Itu Flu Unta?
Baca Juga: Prediksi Line Up Kroasia vs. Maroko, Laga Perebutan Posisi Ketiga
Flu unta atau flu Arab merupakan penyakit yang disebabkan oleh virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Kasusnya pertama kali dilaporkan terjadi di Arab Saudi pada bulan September 2012.
Tahun tersebut merupakan wabah flu unta terbesar yang pernah ada. Kemudian, sempat terjadi pula di Korea pada tahun 2015. Penyakit ini diketahui dapat menular ke berbagai kalangan. Mulai dari anak-anak, orang dewasa, hingga lansia
Sejak saat itu, flu unta mulai menyebar ke sejumlah negara karena menular kepada orang-orang yang berkunjung ke daerah Timur Tengah. Oleh karenanya, penyakit ini dikenal juga dengan nama flu Arab.
Tak hanya dari manusia, sesuai, namanya, penyakit ini pun dapat menular melalui unta. Seseorang bisa tertular apabila berdekatan dengan unta yang terinfikesi, meminum susu, atau mengonsumsi dagingnya.
Penyebab dan Gejala
Baca Juga: Rekomendasi Hotel untuk Nobar Final Piala Dunia 2022: Gak Perlu Galau Pas Traveling!
Sudah disinggung sebelumnya jika flu unta disebabkan oleh virus Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus (MERS-CoV). Penyakit ini menular dari satu orang ke orang lain melalui percikan air liur penderita yang sedang batuk atau bersin.
Namun, seseorang lebih berisiko tertular penyakit flu unta apabila memiliki anggota keluarga (satu rumah) yang terinfeksi, menjadi petugas kesehatan di rumah sakit yang tengah menangani kasus flu ini, atau tengah bepergian ke daerah dengan angka penderita yang tinggi.
Flu unta pun dapat menular dari unta yang sudah terinfeksi. Misalnya, dengan berdekatan dengan unta tersebut, meminum air seni dan susu, atau mengonsumsi dagingnya. Penyakit ini juga memiliki gejala.
Pada tahap awal, gejala yang muncul mirip dengan penyakit flu secara umum. Mulai dari demam, batuk, sakit kepala, sakit tenggorokan, hingga nyeri sendi. Namun setelahnya akan ada gejala lain yang dirasakan.
Misalnya saja mual, muntah, sesak napas, bahkan diare. Gejala ini biasanya akan muncul 2-14 hari setelah seseorang melakukan kontak dengan unta atau orang yang terinfeksi flu unta.
Pengobatan
Tidak ada pengobatan khusus untuk flu unta dan hanya tersedia untuk meringankan gejalanya saja. Misal, keluhan sesak napas, penderita akan diberi oksigen. Jika kondisinya sudah sangat parah, maka perlu dilakukan pemasangan ventilator.
Tak sekadar itu, penderita flu unta juga akan diberi infus untuk menjamin kecukupan cairan dan nutrisi. Secara umum, antibiotik tidak akan diberikan, kecuali ada tanda infeksi bakteri. Sementara untuk pencegahan, sama seperti menjalankan protokol kesehatan saat melawan Covid-19.
Pemain Timnas Prancis Diduga Mengalami Flu Unta
Deschamp mengatakan jika Coman mengalami demam dan beberapa gejala mirip flu. Manajemen Timnas Perancis kemudian akan berhati-hati agar penularannya tidak semakin luas.
"Coman demam pagi ini. Kami memiliki beberapa kasus gejala mirip flu. Kami berusaha untuk berhati-hati agar tidak menyebar. Para pemain telah berusaha keras di lapangan dan jelas sistem kekebalan tubuh mereka telah menurun," kata Deschamps.
Deschamps juga mengungkapkan kasus dugaan flu unta yang menyerang tim Prancis ini berawal dari Upamecano. Ia mengalami demam setelah laga melawan Inggris di perempat final. Upamecano kemudian diisolasi agar penyakitnya tidak menular ke pemain lain. Namun ternyata virus tersebut tetap membuat Rabiot dan Coman ikut tertular.
Kontributor : Xandra Junia Indriasti