Pilunya Hati Lihat Xabiru Menangis Ingin Ortunya Kembali Tinggal Bersama, Bagaimana Tips Sukses Jalani Co-Parenting?

Dinda Rachmawati Suara.Com
Rabu, 14 Desember 2022 | 19:10 WIB
Pilunya Hati Lihat Xabiru Menangis Ingin Ortunya Kembali Tinggal Bersama, Bagaimana Tips Sukses Jalani Co-Parenting?
Potret Rachel Vennya Jadi Bridesmaid Bestie (Instagram/@rachelvennya)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Perceraian bukanlah sesuatu yang mudah diterima bagi anak-anak, terutama saat usia mereka masih terlalu muda. Hal inilah yang dialami oleh Xabiru, putra sulung Rachel Vennya dan Niko Al Hakim.

Dalam sebuah video yang belakangan menjadi sorotan, Rachel Vennya memperlihatkan bagaimana Xabiru mengungkapkan kesedihan karena tak bisa lagi berada di dalam satu atap yang sama dengan kedua orangtuanya. 

Awalnya, dalam video viral tersebut, bocah berusia 5 tahun ini mengungkapkan jika dirinya sedang tak ingin pergi ke rumah ayahnya, seolah ia sebenarnya ingin Niko Al Hakim bisa bersamanya setiap saat.

Ia kemudian berkata "Ayah tinggal di sini dong," ucapnya pada Rachel Vennya.

Baca Juga: Rachel Vennya Banjir Hujatan Hingga Disebut Playing Victim, Emang Curhat Di Medsos Sebegitu Buruknya Ya?

"Nggak bisa," jawab Rachel Vennya singkat.

"Ayahnya nggak mau?," tanyanya lagi.

"Iya udah nggak bisa," ujarnya. 

Seolah mengingat jika ayahnya pernah tinggal bersama-sama dirinya dan sang ibu sebelum mereka bercerai, Xabiru pun mengatakan, "waktu itu ayah ke sini."

Rachel Vennya pun sempat bertanya mengenai perasaan Xabiru. Sayangnya, putranya tersebut mengaku sedang merasa sedih.

Baca Juga: Okin Doakan Semoga Xabiru Segera Punya Ibu Baru, Warganet: Ga Lucu!

"Tapi abang happy nggak?" tanya Rachel. 

"Nggak, abang sedih karena bolak-balik," kata Xabiru yang merasa lelah harus bolak-balik ke rumah ibu dan ayahnya secara bergantian.

Di akhir video, ia pun terlihat menangis hingga terisak, merasa sedih sekaligus mencoba memahami kondisi yang terjadi pada keluarganya. Hal ini oun langsung membuat banyak orang ikut merasa iba dan pilu melihatnya. 

Rachel Vennya dan Niko Al Hakim alias Okin saat merayakan ulang tahun anak mereka. [Instagram]
Rachel Vennya dan Niko Al Hakim alias Okin saat merayakan ulang tahun anak mereka. [Instagram]

Sebelumnya, Rachel Vennya memang pernah sempat mengungkap jika menjalani co-perenting setelah bercerai dengan mantan suaminya bukanlah hal yang mudah. 

"Co-parenting itu sulit, aku mencoba bijak, cuma mungkin kali ini aku sedih banget, banget, banget aja, birthdays always important to me, jadi ga mungkin aku lewatin birthday abang karena hal yang cuma cuma," ujarnya saat dikritik tak bisa merayakan ulang tahun Xabiru bersama Niko Al Hakim bersama, demi menghadiri pernikahan temannya.

Co-parenting atau pengasuhan bersama, menurut terapis keluarga Chautè Thompson, LMHC, adalah bentuk kolaborasi dalam membesarkan anak dengan orangtuanya yang lain dengan berfokus pada apa yang terbaik bagi anak. 

Orangtua yang menjalani co-parenting harus memastikan anak mendapatkan kasih sayang kedua orangtuanya layaknya keluarga yang utuh. Untuk memastikan hal tersebut berjalan sukses, ini tips co-parenting yang bisa diikuti dilansir Womens Health Magazine.

1. Bersikaplah Konsisten, Hormat, dan Baik hati

Saat Anda menetapkan aturan dasar untuk co-parenting, Carla Marie Manly, PhD, psikolog klinis, ingatlah untuk mengesampingkan perbedaan Anda dan mantan pasangan demi kepentingan apa yang paling menguntungkan untuk anak. 

"Ketika orangtua membuat kesepakatan bersama tentang aturan waktu tidur, aturan sosial, perjanjian penggunaan telepon dan komputer, dll., anak-anak tahu orangtua mereka memiliki kekompakan," kata Manly. 

"Ini memberi anak-anak keamanan dan stabilitas yang besar karena mereka tahu bahwa, tidak peduli dengan orangtua mana mereka, aturannya akan tetap sama. Dan, ketika kesepakatan itu aman, stabil, dan masuk akal, setiap anak akan merasa jauh lebih positif dan stabil dalam jangka panjang," ujar dia.

2. Cintai Anak Lebih dari Anda Membenci Mantan Pasangan

Jika Anda memiliki masalah besar dengan mantan dan menyimpan perasaan negatif terhadapnya, alihkan ini. 

"Saya memberi tahu setiap orang tua yang datang ke kantor saya bahwa arahan utama mereka adalah untuk lebih mencintai anak mereka daripada membenci orangtua lainnya," kata Temui terapis yang berspesialisasi dalam pengasuhan bersama. Jika Anda telah mencoba berurusan dengan mantan yang sangat sulit tanpa hasil, kadang-kadang, Anda hanya perlu memanggil seorang profesional, saran Manly. "Ketika berada di tangan terapis terampil yang berspesialisasi dalam masalah pengasuhan bersama dan dapat bertindak sebagai mediator dan panduan objektif, orang tua yang sulit sering kali merasa didengarkan dan ditenangkan," kata Amy L. Stark, PhD, seorang psikolog anak. 

"Mereka harus dapat mengidentifikasi apa kebutuhan anak mereka dan membantu mendukung mantan pasangan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Perpisahan orangtua bukanlah fokus anak. Sebaliknya, setiap orang perlu fokus untuk memastikan kebutuhan perkembangan anak sedang bertemu," tambah dia.

3. Adakan Meeting Bulanan dengan Mantan Pasangan

Pertemuan seperti ini sangat pemting untuk memupuk keterampilan komunikasi yang solid dan juga dapat membantu mengatasi masalah sejak awal. Jaga agar meeting tetap fokus pada kondisi dan kebutuhan anak, tetapkan batas waktu di bawah 30 menit, saran Tamekis Williams, MSW, LCSW, pekerja sosial klinis berlisensi di praktik swasta dan pemilik Real Life Solutions, LLC di Douglasville, Georgia. 

"Ini akan memberi Anda kesempatan untuk memeriksa satu sama lain untuk melihat apa yang perlu ditangani terkait kebutuhan anak Anda, dan mendiskusikan serta menyelesaikan masalah apa pun," katanya.

4. Terimalah Bahwa Mantan Pasangan Masih Menjadi Orangtua Anak Anda

Ya, ini berarti meskipun Anda secara pribadi tidak tahan dengan mereka. 

"Komentar sembarangan, komentar sinis, dan meremehkan adalah semua hal yang diperhatikan anak-anak Anda. Jika Anda kesal dengan mantan pasangan, carilah orang dewasa untuk mengungkapkan perasaan Anda," kata Dr. Cassandra Fay LeClair, PhD, Dosen Senior Ilmu Komunikasi di Texas State University, yang berspesialisasi dalam komunikasi lintas hubungan antarpribadi. 

5. Temui Terapis yang Berspesialisasi dalam Co-parenting

Jika mantan pasangan Anda sulit untuk diajak kerjasama, Anda hanya perlu memanggil seorang profesional, saran Manly. 

"Ketika berada di tangan terapis terampil yang berspesialisasi dalam masalah co-parenting dan dapat bertindak sebagai mediator dan panduan objektif, orang tua yang sulit sering kali merasa didengarkan dan ditenangkan," katanya.

6. Buat Kalender Keluarga Bersama Agar Jadwal Tetap Teratur

Ini umtuk memastikan hasil yang positif dari co-parenting yang Anda dan mantan pasangan jalani. Menyimpan kalender keluarga bersama dapat menjadi keuntungan. 

"Jenis kalender ini memungkinkan semua orang yang terlibat mengikuti acara sekolah dan sosial, janji temu medis, dan jadwal olahraga," kata Manly.

7. Jangan Jadikan Anak Sebagai Perantara. 

"Jangan berharap anak-anak menjadi pembawa pesan atau perantara. Ini berlaku untuk logistik dan juga untuk berkomentar tentang orang tua lainnya," nasihat LeClair. 

LeClair merekomendasikan untuk membangun cara berkomumikasi yang paling tepat dan nyaman yang sudah Anda dan mantan pasangan sepakati.

"Jika percakapan telepon menyebabkan miskomunikasi, teks atau email untuk memiliki catatan mungkin lebih bermanfaat," katanya. 

8. Tidak Perlu Setuju Untuk Semua Hal

"Tidaklah penting bagi anak untuk memiliki orang tua yang menyetujui segala hal, melainkan orang tua yang mampu mengkomunikasikan pendapatnya dengan cara yang sehat,” kata Blank. 

"Saya paling sering memberi tahu orangtua yang melakukan co-parenting dan mengalami kesulitan satu sama lain untuk mengingatkan diri mereka sendiri bahwa orangtua harus hadir sebagai unit yang harmonis untuk menjaga kesejahteraan anak," tutupnya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI