3 Jenis Penyakit Tidak Menular Paling Banyak Diderita Orang Indonesia dan Cara Mengurangi Risikonya

Risna Halidi Suara.Com
Rabu, 07 Desember 2022 | 17:34 WIB
3 Jenis Penyakit Tidak Menular Paling Banyak Diderita Orang Indonesia dan Cara Mengurangi Risikonya
ilustrasi sakit (pexels/Alex Green )
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Sejumlah penyakit tidak menular atau PTM yang dulu identik dengan usia tua kini mulai menjangkiti usia muda. Rendahnya kesadaran masyarakat untuk menerapkan pola hidup yang sehat tecermin dari hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018.

Beberapa indikasi menunjukkan bahwa 95,5 persen masyarakat Indonesia kurang mengonsumsi sayur dan buah, hingga 33,5 persen masyarakat kurang melakukan aktivitas fisik atau berolahraga.

Imbasnya, PTM kini jamak menyerang masyarakat dan tercatat meningkat cukup signifikan dalam beberapa tahun terakhir. Berikut sejumlah PTM yang paling banyak diderita masyarakat Indonesia, dikutip dari siaran pers Kemenkes:

1. Hipertensi

Baca Juga: Kabar Baik, Kemenkes Berikan Vaksin Booster Kedua untuk Lansia: Catat Kombinasi Vaksinnya!

Tekanan darah tinggi, hipertensi (Pixabay/McRonny)
Tekanan darah tinggi, hipertensi (Pixabay/McRonny)

Hipertensi atau yang akrab disebut silent killer pada usia diatas 18 tahun menurut data Kemenkes meningkat dari 25,8 persen pada 2013 menjadi 34,1 persen di tahun 2018. Ditaksir penderita hipertensi di Indonesia mencapai lebih dari 63 juta jiwa, atau sekitar 23 persen dari jumlah penduduk Indonesia.

Faktor risiko hipertensi utamanya disebabkan oleh faktor-faktor yang tidak dapat dimodifikasi seperti genetik riwayat keluarga, di mana orang yang memiliki orang tua penderita hipertensi memiliki risiko lebih tinggi dibandingkan sebaliknya.

Kemudian juga usia, dan jenis kelamin, dimana lelaki memiliki risiko yang lebih tinggi sebanyak 2,3 kali. Sementara perempuan yang telah memasuki fase menopause atau berusia lebih dari 65 tahun juga lebih riskan terkena hipertensi.

2. Diabetes Melitus

Ilustrasi penderita diabetes memeriksa gula darah. (Foto oleh PhotoMIX Company dari Pexels)
Ilustrasi penderita diabetes memeriksa gula darah. (Foto oleh PhotoMIX Company dari Pexels)

Berbeda dengan hipertensi, risiko diabetes utamanya disebabkan faktor gaya hidup yang tidak sehat, terlebih akibat konsumsi kadar gula yang berlebihan.

Baca Juga: Kemenkes Tetapkan KLB Polio di Indonesia Padahal Cuma Temukan 1 Kasus, Emangnya Semenakutkan Itukah?

Menurut data Riskesdas, pada tahun 2018 Prevalensi diabetes melitus tercatat meningkat menjadi 8,5 persen dari 6,5 persen pada 2013 yang dihitung berdasarkan pemeriksaan darah usia 15 tahun ke atas.

Kemenkes mencatatkan bahwa lebih dari 5,5% masyarakat Indonesia mengonsumsi gula lebih dari 50 gram per hari. Ini yang membuat Indonesia menjadi negara pengonsumsi gula terbesar ketiga di ASEAN.

Sementara konsumsi gula terbesar disumbang produk-produk seperti susu dan teh kemasan, kental manis, dan jus buah serbuk.

Laju konsumsi gula berlebihan ini bahkan diprediksi Kemenkes akan membuat jumlah penderita diabetes melitus pada 2045 mencapai hingga 28,6 juta dan menjadikan Indonesia sebagai negara dengan populasi diabetes melitus tertinggi kelima di dunia.

3. Stroke

Stroke terjadi akibat pembuluh arteri yang tersumbat, atau pecahnya pembuluh darah. Dalam Riskesdas juga tercatat terjadi peningkat prevalensi stroke dari yang cukup signifikan dari 7 persen menjadi 10,9 persen pada 2018.

Stroke merupakan penyakit komplikasi yang biasanya disebabkan oleh penyakit-penyakit sebelumnya. Diabetes melitus, dan terutama hipertensi merupakan beberapa faktor penyebab stroke dimana sekitar 70 persen penderita stroke disebabkan oleh hipertensi.

Cara Kurangi Risiko PTM dengan Perilaku Hidup Sehat

Untuk mencegah sekaligus mengurangi risiko PTM, perilaku hidup sehat menjadi hal yang mutlak. Apalagi dalam rangka Hari Kesehatan Nasional p2022 perilaku hidup sehat dapat diaplikasikan demi mengurang risiko PTM, seperti:

1. Menjaga Pola Makan

Ada beberapa tips untuk tetap makan sehat tanpa mahal (Freepik.com/freepik)
Ada beberapa tips untuk tetap makan sehat tanpa mahal (Freepik.com/freepik)

Asupan sesuai gizi yang disarankan menjadi faktor terpenting dalam menunjang perilaku hidup sehat. Kemenkes merekomendasikan batas maksimum konsumsi seperti gula yaitu 50 gram per hari (4 sdm), 2 gram garam (1 sdt), dan 67 gram lemak (5 sdm).

2. Rutin Berolahraga

ilustrasi olahraga (pexels/Leon Ardho)
ilustrasi olahraga (pexels/Leon Ardho)

Asupan gizi yang baik dan seimbang perlu pula diiringi dengan aktivitas fisik rutin. Disarankan agar dapat berolahraga ringan selama 20-30 menit yang dilakukan lima kali seminggu untuk menjaga konsistensi.

3. Istirahat Cukup

Ilustrasi istirahat yang cukup (Freepik/jcomp)
Ilustrasi istirahat yang cukup (Freepik/jcomp)

Dua aspek di atas juga perlu ditunjang oleh istirahat yang cukup dan usahakan untuk tidur selama 7 jam sehari demi istirahat yang berkualitas. Orang yang waktu tidurnya kurang dari waktu tersebut cenderung memiliki masalah kesehatan, seperti serangan jantung, asma, hingga depresi.

Kenali penyebabnya agar dapat kita cegah sedari dini. Berbagai penyakit bisa datang karena kombinasi gaya hidup yang tidak sehat secara akumulasi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI