Menkes Budi Gunadi Minta Pasutri Jaga Jarak Kehamilan, Ini Alasannya

Minggu, 20 November 2022 | 12:20 WIB
Menkes Budi Gunadi Minta Pasutri Jaga Jarak Kehamilan, Ini Alasannya
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin. [YouTube/Sekretariat Presiden]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengingatkan kepada masyarakat Indonesia yang sudah menjadi suami istri agar menjaga jarak kehamilan antar anak. Hal itu perlu diperhatikan untuk mencegah kematian bayi baru lahir. 

"Janganlah hamil usia muda, jangan hamil terus-terusan. Bilangin ke suaminya, janganlah cepet-cepat, baru lahir udah menghamili istrinya lagi. Jaga jarak kehamilan, jangan terlalu dekat," pesan Menkes Budi saat memberikan sambutan Pekan Ilmiah Tahunan IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) di Hotel Shangrila, Jakarta, Minggu (20/11/2022).

Menkes mengungkapkan bahwa angka kematian bayi di Indonesia termasuk salah satu yang tertinggi di antara negara ASEAN. Datanya saat ini kematian bayi mencapai 24 per 1.000 anak. 

Kemenkes ditugaskan oleh Presiden Joko Widodo agar mampu menurunkan angka tersebut menjadi 14 per 1.000 anak pada 2024 nanti. 

Baca Juga: CEK FAKTA: Menkes Budi Gunadi Sadikin Sebut Diabetes Mudah Diobati

Kasus Covid-19 kembali meningkat setelah masuknya varian terbaru XBB dan BQ.1 di Indonesia. Angka Covid-19 ini juga kian meningkat setiap harinya.. (Dok. Fajar/Suara.com)
Kasus Covid-19 kembali meningkat setelah masuknya varian terbaru XBB dan BQ.1 di Indonesia. Angka Covid-19 ini juga kian meningkat setiap harinya.. (Dok. Fajar/Suara.com)

"Saya lihat negara paling bagus (di ASEAN) kematian bayi ada di Singapura itu 1,8 per 1.000 bandingkan dengan kita yang 24 per seribu, itu besar sekali. Jadi walaupun kita turun ke 14 per 1.000  masib 8x lipat atau 800 persen lebih tinggi dari Singapura. Jadj harusnya kita ambisi untuk turunkan sampai kurang dari 10 per 1.000 anak," tutur Budi. 

Ia mebambahkan bahwa ada tiga penyebab utama kematian bayi baru lahir. Di antaranya, berat badan lahir rendah (BBLR), asfiksia atau kadar oksigen rendah dalam tubuh, dan kelainan genetik. 

Budia meminta kepada para jajarannya di Kemenkes juga oara tenaga kesehatan agar fokus ke dua penyebab terlebih dahulu, yakni BBKR dan asfiksia. 

"Kita bisa bereskan mulai dari dua hal itu dulu. Hitung-hitungan saya kalau kedua hal itu bisa dibereskan, maka 40-50 persen angkanya akan turun. Itu saja (jumlah kematian bayi) sudah bisa turun menjadi 12. Kenapa kita gak konsentrasi di dua hal tersebut dulu," ujarnya.

Untuk bisa mewujudkan hak tersebut, Budi meminta kepada para dokter mulai dari di puskesmas, posyandu, hingga rumah sakit untuk memastikan setiap ibu hamil dan janinnya sehat. Hal tersebut untuk memastikan bayi tidak BBLR. 

Baca Juga: Waspada! Puncak Covid-19 XBB Diprediksi Terjadi Desember 2022, Ini Gejalanya

"Ternyaga BBLR disebabkan ibunya yang kurang diurus. Jadi yang namanya kita mengurangi kematian bayi, kita harus urus ibunya. Karena kenyataannya kematian bayi paling tinggi karena berat badan lahir rendah," ucap Budi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI