Jangan Anggap Sepele, Ini Jenis Demensia Paling Sering Terjadi Pada Lansia

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Kamis, 17 November 2022 | 12:42 WIB
Jangan Anggap Sepele, Ini Jenis Demensia Paling Sering Terjadi Pada Lansia
Ilustrasi demensia alzheimer (freepik)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Demensia seringkali belum jadi perhatian serius bagi masyarakat Indonesia. Demensia terjadi ketika otak mengalami penurunan kondisi karena penyakit, seperti Alzheimer, serangan stroke dan trauma kepala.

"Secara detail, demensia merupakan kondisi penurunan fungsi otak seperti hilangnya memori dan kemampuan menilai atau juga daya ingat, pola berpikir dan akan menggangu kemandirian aktifitas penderita", tutur dr. Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N , Dokter spesialis neurologi di Siloam Hospital Yogyakarta, Kamis (10/11) dalam keterangannya, Kamis, (17/11/2022)

Lothar menjelaskan, bahwa banyak tipe Demensia, data menunjukkan yang sering ditemukan adalah Alzheimer yang akan berhubungan dengan perubahan genetik dan protein di otak. Ada juga tipe lain seperti Demensia Vaskular yang diakibatkan gangguan pada pembuluh darah otak

"Faktor resikonya antara lain, pertambahan usia, genetik keluarga, pola makan tidak sehat, jarang berolahraga, dan dapat juga karena merokok dan kecanduan alkohol", ungkap dr. Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N.

Baca Juga: Lansia di Cengkareng Jadi Korban Hipnotis Modus Kredit Set Top Box, Kerugian Capai Belasan Juta

Faktor resiko dipicu dengan beberapa kondisi seperti depresi, down syndrom, sleep apnea, hipertensi, obesitas maupun diabetes.

Ditambahkan dokter Lothar Matheus, gejala utama penderita demensia adalah penurunan memori dan perubahan pola pikir yang tampak pada perilaku dan cara bicara, dan cenderung memburuk seiring waktu.

Screening dan deteksi dini menjadi penting, karena tindakan medis ataupun pengobatan medis modern belum dapat menjamin kesembuhan atau kembali normal pada penderita demensia. Apabila sudah ditahapan tertentu, penanganan akan dioptimalkan agar tidak memburuk atau ke tingkat keparahan selanjutnya dengan tujuan penderita dapat beradaptasi dengan kondisinya dengan kualitas hidup yang maksimal.

Pemeriksaan saraf, mental dan yang dikenal dengan tes fungsi luhur akan mengawali tindakan diagnosa dan dilanjutkan pemindaian otak, CT scan, MRI atau PET scan dan tindakan pendukung lainnya. Beberapa terapi khusus dan penting adanya dukungan keluarga dan support lingkungan.

"Diibaratkan sebuah rumah itulah dimensia dan salah satu ruangan di dalamnya adalah alzheimer. Dapat diartikan alzheimer adalah salah satu tipe demensia paling umum", ungkap dr. Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N.

Baca Juga: Seorang Lansia di Sukabumi Tewas dan Ditemukan dalam Keadaan Terikat

Secara berkelanjutan, konsultasi merupakan langkah tepat guna memantau perkembangan dengan penangangan yang ideal. Termasuk menjalankan pola hidup sehat, berolahraga rutin, asupan nutrisi cukup sekaligus melatih otak secara berkala. Termasuk mengelola penyakit penyerta seperti diabetes, kolesterol, hipertensi yang merupakan hal yang dapat dilakukan dalam mencegah keluhan penyakit Demensia.

Dokter Lothar Matheus M. V Silalahi M.Sc, Sp.N* Dokter spesialis neurologi ( saraf) di Siloam Hospital Yogyakarta yang jadwal lengkapnya dapat dilihat di aplikasi MySiloam.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI