Penyakit Paru Ini Tak Bisa Disembuhkan, Dokter Wanti-wanti Pentingnya Deteksi Dini untuk Pencegahan

Kamis, 17 November 2022 | 07:50 WIB
Penyakit Paru Ini Tak Bisa Disembuhkan, Dokter Wanti-wanti Pentingnya Deteksi Dini untuk Pencegahan
Ilustrasi paru-paru, penyakit paru. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit paru satu ini sangat berbahaya hingga tak bisa disembuhkan. Karena itu, dokter mengingatkan pentingnya deteksi dini untuk pencegahan sebelum terlambat. Penyakit apa itu?

Penyakit Paru Obstruktif Kronik alias PPOK masih perlu perhatian serius. Di momen Hari PPOK 2022, Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) kembali ingatkan deteksi dini PPOK sangat penting.

Deteksi dini diperlukan mencegah kondisi pasien PPOK jatuh ke kondisi berat, apalagi penyakit tidak menular yang menyerang paru ini tidak bisa disembuhkan.

ilustrasi perokok jadi faktor risiko penyakit paru obstruktif kronik. (Shutterstock)
ilustrasi perokok jadi faktor risiko penyakit paru obstruktif kronik. (Shutterstock)

"Mengurangi risiko untuk mencegah perkembangan penyakit, mencegah serangan akut dan menurunkan risiko kematian. Mengingat bahwa PPOK tidak dapat disembuhkan maka pencegahan dan deteksi lebih dini akan jauh memberikan manfaat yang lebih besar," Dokter Spesialis Paru, Dr. dr. Fathiyah Isbaniah, Sp.P(P), FISR, saat konferensi pers, Rabu (16/11/2022).

Baca Juga: Ini Gejala Popcorn Lung, Risiko Penyakit Paru Akibat Rokok Elektrik

Ia menambahkan deteksi dini PPOK ini bisa menggunakan skor PUMA, yang saat ini sedang digalakan Kementerian Kesehatan (Kemenkes) bekerjasama dengan PDPI, dilakukan di puskesmas dan pelayanan kesehatan masyarakat.

Setelah skor tersebut, hasilnya akan ditindaklanjuti dengan spirometri atau faal paru, yaitu pengukuran obyektif apakah fungsi paru seseorang dalam keadaan normal atau abnormal.

Ilustrasi penyakit paru. [shutterstock]
Ilustrasi penyakit paru. [shutterstock]

Adapun sebelum pasien benar-benar didiagnosis PPOK, dokter akan lebih dulu memperhatikan gejala dan faktor risiko yang dialami pasien, hingga akhirnya hasil dikonfirmasi melalui pemeriksaan spirometri.

Faktor risiko PPOK bisa berupa pajanan terhadap asap rokok dan polusi udara serta jenis pekerjaan pasien apakah terpajan dengan asap atau tidak. Lalu ada juga gejala seperti napas pendek, batuk kronik berdahak

Namun setelah PPOK terdeteksi, kata Dr. Fathiyah yang bisa dilakukan menerapkan pengobatan dengan tujuan pasien kondisi selalu stabil, karena penyakit ini tidak bisa disembuhkan.

Baca Juga: Dinkes Pekalongan Lakukan Deteksi Dini Penyakit Paru Obstruktif Kronis

"Mengurangi gejala dan mengurangi risiko. Mengurangi gejala untuk memperbaiki kemampuan beraktivitas dan memperbaiki status kesehatan. Mengurangi risiko untuk mencegah perkembangan penyakit, mencegah serangan akut dan menurunkan risiko kematian," jelas dia.

Perlu diketahui PPOK adalah penyakit yang bisa dicegah dan ditangani, punya karakter gejala pernapasan dan keterbatasan aliran udara yang persisten dan progresif.

Selain itu, PPOK juga jadi satu dari 3 penyebab kematian di dunia, terjadi pada 384 juta penduduk dunia. Di Indonesia sendiri berdasarkan Riskesdas 2013, total estimasi penderita PPOK adalah 3.7 persen dari total penduduk.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI