Angka Mata Minus Anak Selama Pandemi Covid-19 Meningkat, Apa Sebanya?

Bimo Aria Fundrika Suara.Com
Selasa, 15 November 2022 | 15:42 WIB
Angka Mata Minus Anak Selama Pandemi Covid-19 Meningkat, Apa Sebanya?
Fenomena Myopia Booming yang Kurang Disadari oleh Masyarakat Indonesia
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Angka penderita myopia anak kian lama semakin meningkat. WHO memprediksi bahwa pada tahun 2050 setengah populasi dunia akan menderita myopia (mata minus). 

Myopia (mata minus) adalah kelainan refraksi yang mana penderitanya kesulitan melihat objek di jarak jauh. Hal ini tentu sangat mempengaruhi aktivitas keseharian dan proses belajar penderitanya. 

Dalam keterangan yang diterima Suara.com, disebutkan bahwa beberapa penelitian di luar negeri membuktikan bahwa pasca pandemi Covid 19 angka penderita myopia semakin meningkat. Diduga, salah satu penyebabnya adalah pembatasan aktivitas luar ruangan selama masa pandemi, serta semakin meningkatnya aktivitas jarak dekat  seperti penggunaan gawai yang berlebihan. 

Faktor penggunaan gadget yang intens menjadi salah satu penyebab fenonema Myopia Booming
Faktor penggunaan gadget yang intens menjadi salah satu penyebab fenonema Myopia Booming

"Myopia yang diderita anak sejak usia dini, memiliki resiko yang lebih tinggi dibandingkan dengan myopia yang terjadi pada usia anak yang lebih lanjut," ujar dr Zoraya Ariefia Feranthy SpM. 

Baca Juga: 5 Mitos Tentang Mata Minus, Benarkah Makan Wortel Tak Ada Gunanya?

Ia menjelaskan bahwa myopia terjadi ketika bayangan jatuh di depan retina mata. Hal ini terjadi akibat kekuatan optik (optical power) tidak sesuai dengan panjang axial bola mata.  

Kesulitan untuk melihat objek dengan jarak yang jauh menjadi gejala utama dari myopia. Bagi anak-anak usia sekolah, kesulitan melihat papan tulis menjadi salah satu cirinya. Selain itu, gejala myopia pada anak juga bisa diperhatikan jika seorang anak kerap mengalami sakit kepala, kelelahan mata, menyipitkan mata, atau bahkan memiliki postur kepala yang tidak normal.

Menurut penelitian terdapat dua faktor utama penyebab myopia, yakni faktor genetika dan faktor kebiasaan. 

Saat ini banyak sekali penelitian terkait gen yang diduga sebagai penyebab myopia yang dilakukan di berbagai pusat penelitian di dunia termasuk di Singapura. 

Penelitian mengenai gen terkait myopia masih terus dikembangkan, dengan harapan suatu hari dapat menjadi salah satu pilihan terapi pencegahan dan pengobatan mata dengan myopia. Dikatakan bahwa anak yang memiliki orang tua dengan myopia memiliki resiko lebih tinggi untuk menderita myopia. Namun hal tersebut dipengaruhi oleh faktor gizi, lingkungan, kebiasaan, dan faktor eksternal lainnya.

Baca Juga: Waspada Sejak Dini, Lakukan 4 Cara Ini agar Terhindar dari Mata Minus

Jika anak dicurigai menderita myopia, segera periksakan mata anak ke ahlinya untuk mendapat terapi terbaik sesuai kebutuhannya. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI