Suara.com - Salah satu permasalahan dunia kerja yang dialami oleh para pekerja adalah durasi kerja yang cukup tinggi. Melalui Undang-Undang Ketenagakerjaan, pemerintah telah mengatur jam kerja dalam seminggu maksimal 40 jam kerja.
Ada alasan di balik aturan ini, terutama menyangkut soal kesehatan. Pasalnya, durasi kerja yang panjang berkaitan erat dengan kesehatan.
Oleh karenanya, pahami empat bahaya yang mengancam saat memiliki durasi jam kerja panjang. Dilansir dari laman Huffpost, berikut daftarnya.
Resiko Serangan Jantung atau Stroke
Baca Juga: 4 Masalah yang Dihadapi HRD di Dunia Kerja, Siapkan Diri untuk Menghadapi!
Bekerja terlalu lama tentu berpengaruh pada kesehatan dan terkadang bisa berakhir fatal. Menurut Organisasi Kesehatan Dunia dan Organisasi Perburuhan Internasional, jam kerja lebih dari 55 per minggu dikaitkan dengan risiko stroke 35% lebih tinggi dan risiko kematian akibat penyakit jantung 17% lebih tinggi dibanding dengan yang bekerja di bawah jam tersebut.
"Jam kerja panjang bisa meningkatkan stres yang merusak sel di otak dan jantung dan memicu respons perilaku berisiko seperti kurang latihan fisik, waktu tidur kurang, dan diet tak sehat," ungkap Frank Pega, salah satu petugas teknis WHO.
Kesehatan Mental Terganggu
Jam kerja panjang tentu berdampak buruk pada jiwa. Pada sebuah studi tahun 2020 yang diterbitkan jurnal PLOS One, para peneliti menemukan bahwa semakin lama karyawan bekerja, semakin tinggi tingkat stres, depresi, dan ide bunuh diri yang dihadapi.
Kemampuan Bekerja Berkurang
Baca Juga: 4 Tips Mengatasi Sulit Fokus pada Pekerjaan, Jauhkan Gadget!
Durasi lama bekerja juga menganggu performa serta produktivitas. Kinerja kerja dapat menurun drastis dan bisa menimbulkan beragam kesalahan, kecelakaaan dan penyakit yang membebankan biaya pada pemilik usaha.
Tidur Terganggu
Durasi tidur yang singkat menjadi masalah paling harus diperhatikan berkaitan dengan jam kerja yang panjang. Padahal tidur menjadi salah satu rutinitas penting yang harus dilakukan. Kekurangan tidur tidak hanya memengaruhi kesehatan namun berdampak pada kualitas kerja.