Produktivitas Tanpa Batas dengan Obat ARV Bagi Orang dengan HIV

Rabu, 02 November 2022 | 19:12 WIB
Produktivitas Tanpa Batas dengan Obat ARV Bagi Orang dengan HIV
Ilustrasi HIV, Orang dengan HIV. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Orang dengan HIV (Human Immunodeficiency Virus) mendapat stigma tidak bisa produktif dan lemah, karena penyakit yang menyerang sistem kekebalan tubuh. Padahal kenyataannya, tidak sedikit orang dengan HIV yang tetap bisa bekerja seperti masyarakat pada umumnya.

Jaclyn Angelina melihat sendiri bagaimana HIV tidak menyurutkan gairah hidup pengidapnya. Tertarik pada bidang lembaga swadaya masyarakat (LSM), lima tahun sudah Jaclyn bekerja di Indonesia Aids Coalition (IAC), dengan lebih dari setengah karyawannya adalah Orang dengan HIV.

Menjabat sebagai Koordinator Proyek IAC, Jaclyn bukan Orang dengan HIV, tapi kondisi tersebut tidak menyurutkan semangatnya bekerjasama dengan para rekan kerjanya. Ini karena perempuan berusia 35 tahun itu sudah terpapar informasi mendalam terkait HIV.

Jaclyn Angelina Koordinator Proyek Indonesia Aids Coalition. (Dok. Pribadi/Jaclyn)
Jaclyn Angelina Koordinator Proyek Indonesia Aids Coalition. (Dok. Pribadi/Jaclyn)

HIV atau human immunodeficiency virus adalah virus yang merusak sistem kekebalan tubuh dengan menginfeksi dan menghancurkan sel CD4. Jika makin banyak sel CD4 yang hancur karena virus HIV, daya tahan tubuh semakin melemah sehingga rentan terserang berbagai penyakit.

Baca Juga: Kronologi Anak di Medan Diperkosa sampai Kena HIV, Polisi: Belum Ada Perbuatan Eksploitasi Seksual

"Kalau dari saya sendiri sudah terpapar informasi HIV, bagaimana ditularkan, dan bagaimana sudah tidak menularkan, dari sisi kesehatan nggak ada keraguan untuk bekerja di sini," cerita Jaclyn kepada suara.com, Rabu (2/11/2022).

Hasilnya lima tahun bekerja Jaclyn sudah paham betul, virus HIV tidak lagi menular jika Orang dengan HIV rutin mengonsumsi obat antiretroviral atau ARV setiap harinya.

ARV adalah obat HIV untuk mengurangi risiko penularan HIV, menghambat perburukan infeksi oportunistik, meningkatkan kualitas hidup penderita HIV, dan menurunkan jumlah virus atau viral load dalam darah sampai tidak terdeteksi.

Keadaan ini berhasil dibuktikan Jaclyn yang tetap sehat hingga kini, termasuk di rumah ia tetap leluasa bertemu orangtua, suami dan anaknya. Hasilnya bagi Jaclyn, status Orang dengan HIV yang mengonsumsi ARV, sudah selaiknya orang sehat pada umumnya.

"Saya justru sama aja minum dengan satu gelas (dengan rekan berstatus dengan HIV), saling ambil makanan satu sama lain, yang harus dipahami prinsip penularan HIV, tidak menular lewat makan dan air liur," jelas Jaclyn.

Baca Juga: 351 Warga Jakarta Barat Terinfeksi HIV, Mayoritas Ibu Rumah Tangga

Dibenarkan Dosen Kesehatan Masyarakat Fakultas Kedokteran Universitas Yarsi, dr. Maya Trisiswati, bahwa Orang dengan HIV yang rutin mengonsumsi ARV setiap hari, mampu menekan kadar virus atau viral load di dalam tubuh jadi lebih sedikit.

"Ketika Orang yang HIV dan dia mengakses ARV ya, dan ketika tes viral load tidak terdeteksi (virusnya) maka dia tidak menularkan," jelas dr. Maya dalam acara diskusi Jaringan Indonesia Positif (JIP) beberapa waktu lalu.

Produktivitas dan Prestasi Orang dengan HIV

Jika banyak yang berpikir Orang dengan HIV akan jadi sosok lemah, produktivitas menurun karena mudah sakit, kenyataan ini sama sekali tidak didapati Jaclyn. Malah menariknya, banyak orang dengan HIV yang menduduki jabatan tinggi, termasuk di tempatnya bekerja.

Jaclyn bercerita kerap mendapati rekannya yang berstatus orang dengan HIV, nyatanya mampu berkiprah di dunia internasional, bahkan ada yang bekerja dengan PBB. Dari mereka jugalah Jaclyn belajar banyak hal, termasuk kampanye positif dan pengetahuan mendalam tentang HIV.

Obat ARV. (Shutterstock)
Obat ARV. (Shutterstock)

"Dari kemampuan kinerja, saya banyak belajar dari senior dengan HIV, ada banyak sekali dalam program yang mereka lebih tahu," kata Jaclyn.

Maka dengan fakta ini, 'haram' hukumnya menjadikan status HIV seseorang untuk menilai performa kerja karyawan di perusahaan, karena anggapan Orang dengan HIV tidak produktif hanyalah mitos belaka.

Hal ini sesuai dengan aturan Perlindungan Hak Pekerja atau Buruh dari Kementerian Ketenagakerjaan (Kemenaker), bahwa perusahaan atau pemberi kerja dilarang lakukan tes HIV sebagai syarat penerimaan karyawan atau kelanjutan status pekerja di perusahaan.

Dikatakan Perwakilan Ditjen Binwasnaker & K3, Kemenaker, Amar, tes HIV hanya boleh dilakukan dengan tujuan untuk pencegahan dan penanggulangan HIV di tempat kerja. Tujuannya untuk edukasi agar karyawan tetap produktif, sehingga diberi pelayanan kesehatan berupa konseling dan obat ARV agar virusnya terkontrol dan tidak menularkan.

"Nah ini yang yang tidak boleh, artinya setiap tes kesehatan cek HIV langsung. Kemudian misalnya untuk menentukan status pekerja buruh tes HIV, kalau positif berarti tidak boleh berlanjut, itu nggak boleh," tegas Amar.

Perusahaan Besar Tetap Terima Orang dengan HIV

Selain tempat kerja Jaclyn, Pertamina sebagai salah satu perusahaan besar milik negara juga memiliki aturan serupa. Salah satunya melarang stigma dan memberikan perlindungan karyawan dengan HIV.

Apalagi ditegaskan Section Head Medical Pertamina MOR V, dr. Tri Ludiarini, pihaknya menjamin karyawannya dengan HIV, akan tetap mendapatkan perawatan kesehatan setara seperti penyakit lainnya.

Mitos HIV AIDS dan Stigma Pengidapnya - Ilustrasi HIV/AIDS. (Shutterstock)
Ilustrasi HIV-AIDS. (Shutterstock)

Ditambah menurut dr. Tri, Pertamina sudah menghapuskan skrining tes HIV saat penerimaan karyawan. Meskipun karyawan Pertamina tertular HIV, maka ia tidak wajib melapor ke pihak manajemen. Tapi jika karyawan sampai melapor, perusahaan tetap akan menjamin kerahasiaannya.

"Terkait mutasi, promosi, PHK, tentunya kita mengacu kepada peraturan yang berlaku, juga kita kembali kepada fit to work. Jadi bukan karena status HIV- nya, tetapi memang murni kepada penilaian kompetensi dan kapasitas kerjanya," ungkap dr. Tri.

Menanggapi ini, Jaclyn berharap semakin banyak orang seperti dirinya yang mendapatkan edukasi seputar HIV dan penularannya. Apalagi kini obat ARV kualitasnya semakin baik, sehingga efek sampingnya bisa diminimalisir.

Jaclyn menambahkan, jika semakin banyak orang teredukasi dan tidak menghakimi Orang dengan HIV, Indonesia bisa memutus rantai penularan virus tersebut.

Ini karena semakin banyak Orang dengan HIV mau terbuka, dan mau menerima pengobatan atau mengonsumsi obat ARV rutin sehingga virus bisa ditekan. Hasilnya virus tidak lagi bisa menular melalui darah dan anak yang dilahirkan dari ibu dengan HIV sekalipun, bisa bebas dari HIV.

"Jadi berikan edukasi positif, akan bisa kurangi stigmatisasi. Seperti Covid-19 tadinya yang nggak mau pakai masker jadi pakai masker, tadinya takut sekarang ada yang Covid-19 biasa aja. Jadi ini juga perlu kampanye terkait HIV, untuk penanggulangan HIV, dan kurangi diskriminasi," tutup Jaclyn.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI