Kasus Stunting Masih Tinggi, Kemenkes Khawatirkan Dampaknya untuk Daya Saing Bangsa di Masa Depan

Kamis, 27 Oktober 2022 | 17:27 WIB
Kasus Stunting Masih Tinggi, Kemenkes Khawatirkan Dampaknya untuk Daya Saing Bangsa di Masa Depan
Ilustrasi stunting (Freepik.com)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Stunting masih menjadi masalah bagi kesehatan gizi masyarakat. Angka stunting yang masih cukup banyak ini memengaruhi kualitas individu serta daya saing bangsa.

Direktur Promosi Kesehatan dan Pemberdayaan Masyarakat, Drg. Widyawati M.KM mengatakan,berdasarkan studi Status Gizi Indonesia 2021, 1 dari 4 anak lahir dengan kondisi stunting.

Stunting sendiri terjadi karena dipengaruhi berbagai faktor seperti kesehatan si ibu saat remaja, ketika hamil, pola makan balita yang salah, masalah ekonomi, budaya, serta sanitasi dan akses layanan kesehatan yang sulit.

Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)
Ilustrasi stunting, tinggi badan anak. (Envato Elements)

“Stunting ini kondisi gagal tumbuh pada balita akibat kurang gizi, terjadinya karena berbagai faktor mulai dari kurang gizi saat remaja, masalah ekonomi, akses layanan kesehatan, dan lain-lain,” ucap Dokter Widyawati dalam webinar Bersama Cegah Stunting Melalui Aksi ABCDE, Kamis (27/10/2022).

Baca Juga: Hindari Kejadian Fatal, Kemenkes Imbau Orang Tua Kenali Gejala Awal Gangguan Ginjal Akut

Dokter Widyawati menuturkan, kasus stunting yang dialami tersebut juga tidak hanya berdampak pada individu itu sendiri, melainkan daya saing bangsa. Akibatnya, masalah stunting berdampak pada beberapa hal seperti berikut.

1. Penurunan kecerdasan

IQ anak stunting rata-rata 11 poin lebih rendah sehingga menyebabkan Indonesia tertinggal dengan negara lainnya.

2. Produktivitas rendah

Anak stunting diestimasi mengalami penurunan kapasitas sebesar 22 persen. Hal ini menyebabkan produktivitas dunia usaha menjadi tidak kompetitif.

Baca Juga: Waduh, Jumlah Pasien Gagal Ginjal Akut Bertambah 14 Kasus, Totalnya Sekarang Segini

3. Risiko terkena penyakit kronis tinggi

Anak stunting memiliki probabilitas kematian tiga kali lipat akibat penyakit-penyakit kesehatan. Hal ini juga membuat bebas kesehatan negara menjadi lebih besar.

Dalam menurunkan berbagai risiko di atas, Dokter Widyawati mengatakan, para tenaga kesehatan terus melakukan berbagai cara untuk mengurangi angka stunting di Indonesia, salah satunya dengan aksi ABCDE.

Dengan tagline “Cegah Stunting Itu Penting”, aksi ABCDE ini menyampaikan pesan-pesan untuk melakukan pencegahan dengan melakukan berbagai hal di antaranya.

A untuk “Aktif minum tablet tambah darah”

Para remaja wanita diharapkan dapat mengonsumsi tablet tambah darah (TTD) seminggu sekali. Konsumsi TTD. Sementara itu, untuk ibu hamil dapat mengonsumsi TTD minimal 90 tablet selama masa kehamilan.

B untuk “Bumil teratur periksa kehamilan”

Para ibu hamil diminta untuk periksa kehamilan minimal 6 kali. Dalam pemeriksaan tersebut 2 kali menggunakan USG.

C untuk “Cukup konsumsi protein hewani”

Untuk bayi usia di atas 6 bulan diharapkan untuk mengonsumsi protein hewani setiap harinya.

D untuk “Datang ke Posyandu setiap bulan”

Para ibu diminta untuk datang membawa bayinya ke Posyandu untuk melakukan pemantauan pertumbuhan (timbang dan ukur) dan perkembangan, serta imunisasi balita.

E untuk “Ekslusif ASI 6 bulan”

Para ibu juga diharapkan untuk memberikan bayi ASI eksklusif selama 6 bulan dan dilanjutkan hingga usianya 2 tahun.

Dengan adanya aksi ABCDE ini diharapkan dapat membantu mengurangi dan menurunkan angka stunting di Indonesia. Selain itu, masyarakat juga bisa lebih paham tentang informasi dan cara mencegah stunting.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI