Cegah Gangguan Ginjal Akut Misterius, Orangtua Diminta Tak Pakaikan Popok Saat Anak Demam

Selasa, 25 Oktober 2022 | 18:37 WIB
Cegah Gangguan Ginjal Akut Misterius, Orangtua Diminta Tak Pakaikan Popok Saat Anak Demam
Ilustrasi popok bayi. [Envato]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Frekuensi dan jumlah buang air kecil yang berkurang jadi salah satu gejala utama gangguan ginjal akut misterius pada anak. Untuk memastikan hal tersebut, orangtua disarankan agar tidak memakaikan popok selama beberapa hari bila anak sedang demam.

"Orangtua kalau ditanya anaknya sudah pipis berapa kali, mereka seringnya bilang, 'aduh gak tahu dok kan pakai popok'," kata Dokter Spesialis Anak dr. Ramadianty, Sp.A.

Ilustrasi bayi sedang dipakaikan popok. (Shutterstock)
Ilustrasi bayi sedang dipakaikan popok. (Shutterstock)

"Jadi dalam beberapa hari ke depan, lebih baik jangan pakai popok dulu saat anak sedang demam untuk tahu berapa jumlah urinnya," saran dokter Ramadianty saat siaran langsung Instagram bersama Hello Sehat, beberapa waktu lalu.

Ia menjelaskan bahwa anak di bawah usia 5 tahun normalnya perlu buang air kecil setiap 3-4 jam sekali. Selain frekuensi, warna urine juga harus diperhatikan karena kondisi itu bisa jadi petunjuk anak alami dehidrasi atau tidak.

Baca Juga: Waspada! Gangguan Ginjal Akut Berdampak Jangka Panjang pada Masa Tua

Dokter Ramadianty menambahkan, kondisi cukup cairan atau hidrasi ditandai dengan warna urine yang bening hingga sedikit kekuningan. Orang tua perlu waspada bila urine anak mulai berwarna agak pekat.

"Kalau sudah kuning pekat apalagi sampai kecokelatan. Sebisa mungkin bawa ke Fasyankes terdekat," sarannya.

Ilustrasi popok bayi. (Shutterstock)
Ilustrasi popok bayi. (Shutterstock)

Untuk kasus gangguan ginjal akut yang masih misterius tersebut, anak memang perlu segera mendapatkan perawatan medis. Dokter Ramadianty menyarankan untuk dibawa ke fasilitas layanan kesehatan terdekat dengan rumah. Nantinya anak akan menjalani pemeriksaan fungsi ginjal terlebih dahulu.

"Kita kejar-kejaran sama waktu, semakin cepat, semakin baik. Jadi kita bawa dulu ke pusat pelayanan terdekat, apakah Puskesmas atau Faskes tingkat 1. Nanti akan diperiksa ulang oleh dokter yang sedang bertugas, apabila perlu rujukan kita akan segera rujuk," tuturnya.

Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak sebenarnya telah ada sejak awal 2022. Hanya saja, jumlah kasusnya makin meningkat sejak Agustus lalu.

Baca Juga: Daftar Terbaru 156 Obat Sirup yang Diizinkan Kemenkes Untuk Diresepkan, Cek Sekarang!

Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat sudah ada 241 anak diduga kuat mengidap gangguan ginjal akut per 20 Oktober lalu. Dari jumlah itu, sebanyak 133 anak dilaporkan meninggal dunia.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI