Suara.com - Covid-19 subvarian Omicron XBB sudah merebak di beberapa negara termasuk Singapura dan Indonesia. Disebut-sebut subvarian ini sebagai biang kerok lonjakan angka kasus Covid-19.
Ada kekhawatiran subvarian XBB dapat menyebabkan penyakit lebih serius, bahkan meningkatkan risiko kematian. Simak fakta-fakta Covid subvarian XBB berikut ini.
1. Sudah Masuk Indonesia
Menteri Kesehatan Indonesia, Budi Gunadi Sadikin telah mengonfirmasi terdeteksinya virus omicron XBB di Indonesia. Namun Budi Gunadi menyebut angka kasus Covid-19 di Tanah Air masih lebih rendah yakni kisaran 2.000 kasus per hari (semua varian).
Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 21 Oktober: Positif 773 dan Sembuh 751 Orang
"Ada varian baru namanya XBB, varian ini sudah masuk ke Indonesia, kita amati terus. Mudah-mudahan di Januari-Februari kita bisa menghadapi potensi kenaikan dengan baik seperti Juli-Agustus ini, sehingga Indonesia menjadi salah satu dari sedikit negara di dunia yang 12 bulan berturut-turut tidak terlihat ada lonjakan," kata Budi Gunadi Sadikin secara virtual pada Jumat (21/10/2022).
2. Bukan Varian Singapura
Varian XBB yang dikenal sebagai BA.2.10 adalah subvarian Omicron yang telah terdeteksi di beberapa negara seperti Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan Amerika Serikat sejak Agustus.
Menyadur Today Online, Dr Sebastian Maurer-Stroh, direktur eksekutif di Institut Bioinformatika A*STAR, mengatakan bahwa ini bukan varian Singapura. Ia menjelaskan bahwa kemunculan pertama varian XBB sudah ada di negara lain, beberapa minggu sebelum kasus pertama di Singapura.
3. Kasus XBB di Singapura
Baca Juga: Subvarian Baru Virus Covid Sudah Masuk ke Indonesia, Namanya XBB
Singapura menjadi negara terdekat Indonesia yang melaporkan kenaikan kasus Covid-19 karena varian XBB. Budi Gunadi pun menyorot kenaikan kasus Covid-19 di Singapura yang mencapai angka 6.000 kasus per hari.
"Singapura kasusnya naik lagi ke 6.000 per hari, padahal penduduk singapura 5 juta penduduk kita 270 juta," kata Budi Gunadi. Menteri Kesehatan Singapura, Ong Ye Kung menyatakan infeksi XBB kemungkinan akan memuncak sekitar pertengahan November.
4. Ada Kemungkinan Singapura Kembali Wajibkan Masker
Kementerian Kesehatan Singapura sedang memantau situasi XBB dengan cermat. Hal ini berarti pemerintah Singapura tidak mengesampingkan penerapan kembali protokol kesehatan, seperti pemakaian masker. Namun mereka akan mencoba "yang terbaik" untuk tidak mengganggu kehidupan normal.
5. Tak Menyebabkan Peningkatan Kematian Signifikan
Kementerian Kesehatan Singapura membantah desas-desus bahwa Singapura mengalami peningkatan yang signifikan dalam kasus dan kematian COVID-19 yang parah karena jenis XBB.
Selain itu tidak ada bukti bahwa gelombang XBB saat ini menyebabkan peningkatan yang signifikan dalam kematian atau penyakit parah. Mengenai tingkat keparahan infeksi yang disebabkan oleh subvarian ini, tak ada perubahan tingkat keparahan tetapi terlalu dini untuk mengatakan hal tersebut dengan data terbatas.
6. Pertama Kali Terdeteksi di India
Kasus Covid-19 Omicron jenis XBB telah meningkat di Singapura selama sebulan terakhir. Walau sangat menular, sejauh ini XBB tidak menyebabkan penyakit yang lebih parah daripada varian sebelumnya.
Subvarian XBB pertama kali terdeteksi pada Agustus di India. Sejak itu XBB terdeteksi di lebih dari 17 negara, termasuk Australia, Bangladesh, Denmark, Jepang dan AS.
7. Lebih Menular
Gejala yang ditimbulkan subvarian XBB disebut memang lebih ringan tapi lebih menular dari varian sebelumnya. Ahli penyakit infeksi dari Rophi Clinic, Leong Hoe Nam menyebut faktanya kini subvarian XBB mendominasi virus di Singapura dan 'menjegal' virus lain.
"Seperti bagaimana Omicron menggantikan Delta, tapi dalam fase lebih cepat," ujarnya.
Kontributor : Trias Rohmadoni