Suara.com - Imbauan dari Kementerian Kesehatan untuk menghentikan konsumsi obat sirup sementara, sebagai buntut dari kasus gangguan ginjal akut, menjadi kekhawatiran sendiri di masyarakat, terutama di kalangan ibu-ibu.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) melaporkan, terdapat 192 kasus gagal ginjal misterius atau gangguan ginjal akut progresif atipikal pada anak-anak dengan 99 meninggal hingga Selasa (18/10/2022).
Situasi itu tidak hanya membuat masyarakat khawatir akan obat sirup, tapi juga suplemen dalam bentuk cair. Lantas amankah mengonsumsi suplemen, seperti salah satunya Generos, sediaan cair seperti obat sirup yang sementara ini sedang dibatasi peredarannya di Indonesia
Dalam keterangannya, Formulator Generos Retnosyari Septiyani, S.TP., M.Sc menekankan bahwa Generos sama sekali tidak mengandung Dietilen Glikol dan Etilen Glikol, bahkan bahan kimia apapun.
Baca Juga: Apotek Di Jakarta Ramai-ramai Setop Jual Obat Sirup, Pegawai: Biasanya Pabrik Lakukan Penarikan
Ia menjelaskan bahwa gagal ginjal itu disebabkan karena kerja ginjal yang terlalu berat akibat menumpuknya residu di dalam tubuh, mengingat ginjal berfungsi sebagai penyaring kotoran dan residu-residu tersebut.
Residu-residu tersebut salah satunya berasal dari bahan kimia obat (BKO) atau obat-obatan kimia sintetis. Maka dari itu obat-obatan kimia sintetis tidak dianjurkan untuk dikonsumsi dalam jangka panjang.
Berbeda dengan obat kimia sintetis, obat maupun suplemen yang berbahan alami tidak meninggalkan residu sama sekali. Adapun Generos merupakan suplemen yang mengandung empat bahan herbal dan satu bahan hewani, yaitu madu hutan, temulawak, pegagan, mengkudu, dan ikan sidat.
“Dalam pemrosesannya bahan-bahan tersebut difermentasi dengan zat pelarutnya adalah madu hutan, Sedangkan untuk maserasi ikan sidat menggunakan air,” tuturnya pada Kamis (20/10).
Dijelaskan bahwa DEG dan EG digunakan sebagai zat pelarut dalam obat sirup yang ditemukan di Gambia yang menyebabkan gagal ginjal akut pada 70 anak tersebut.
Baca Juga: BPOM Tarik Obat Sirup Termorex Diduga Tercemar Etilen Glikol, Ini Respon Konimex
Sehingga perempuan yang berprofesi sebagai Kaprodi Bisnis Jasa Makanan FEB Universitas Ahmad Dahlan ini menegaskan bahwa Generos menggunakan madu hutan yang juga merupakan bahan herbal sebagai bahan pelarutnya. Sedangkan untuk proses maserasi ikan sidat menggunakan bahan pelarut aqua atau air.
Selain itu rasa asam manis dari Generos berasal dari madu dan hasil fermentasi, bukan dari gula sintetis. Karena hanya bahan herbal yang ada dalam Generos, maka Generos sama sekali tidak mengandung senyawa kimia apalagi senyawa kimia berbahaya seperti DEG dan EG.
Tidak hanya itu, para ahli telah memperhatikan setiap detail proses pembuatannya untuk memastikan tidak ada kontaminasi sama sekali, baik dari cemaran bakteri maupun senyawa kimia berbahaya. Ahli Farmasi Generos Defit Andriyanto S.Farm, Apt, menyatakan dalam pembuatannya dilakukan secara bertahap.
Dimulai dari seleksi bahan baku, di mana bahan bakunya didapatkan dari mitra petani yang telah terpercaya dengan kualitas yang tidak diragukan lagi. Kemudian bahan baku tersebut masih dilakukan seleksi dan pemeriksaan mutu dengan dilakukan karantina selama 1x24 jam.
Kemudian dilakukan pengujian quality control (QC) meliputi uji organoleptik, yaitu cara pengujian dengan menggunakan indra manusia sebagai alat utama untuk pengukuran daya penerimaan terhadap produk. Pengujian organoleptik mempunyai peranan penting dalam penerapan mutu.
"Semua bahan baku harus memenuhi spesifikasi khusus berupa bau, bentuk, rasa dan warna yang telah ditetapkan oleh tim ahli. Selain itu juga dilakukan uji cemaran secara berkala untuk memastikan Generos tidak terkontaminasi bahan cemaran, baik dari bakteri maupun bahan kimia berbahaya," ujarnya.
Dengan demikian dapat dipastikan bahwa Generos tetap aman untuk diberikan kepada anak-anak. Bahkan menurut salah satu dokter dan peneliti yang fokus dalam pengembangan obat-obatan herbal, dr. Muthoharrah, M.Si (herbal), menyebutkan bahan herbal justru dapat bermanfaat sebaliknya. Obat herbal yang kaya akan flavonoid dapat membersihkan residu-residu yang ada di dalam tubuh.
Ia menyebutkan bahwa bahan herbal itu memiliki banyak kandungan zat aktif yang terbagi menjadi dua kelompok yaitu metabolit primer dan metabolit sekunder. Metabolit sekunder inilah yang akan dimanfaatkan sebagai obat. Di dalam metabolit sekunder itu banyak sekali zat aktifnya, seperti flavonoid.
Flavonoid ini merupakan salah satu jenis antioksidan yang banyak terkandung dalam tanaman herbal. Antioksidan itu sendiri bekerja menangkal radikal bebas dalam tubuh. Radikal bebas inilah yang ditengarai sebagai penyebab berbagai penyakit kronis