Suara.com - Kasus gagal ginjal akut yang menyerang ratusan anak-anak Indonesia telah memicu kekhawatiran masyarakat. Apalagi, banyak pasien yang masih di bawah umur meninggal dunia karena terserang gagal ginjal akut.
Adapun penyakit gagal ginjal akut diduga terjadi karena ada kandungan obat sirup yang membahayakan. Mengenai ini, peran apoterker pun turut disinggung untuk ikut aktif memberi edukasi kepada masyarakat terkait obat.
Pakar dari Fakultas Farmasi Universitas Padjadjaran (Unpad), Prof Muchtaridi meminta apoteker berperan aktif dalam membuat masyarakat cermat memilih dan mengonsumsi obat yang tepat guna. Ini demi merespons fenomena penyakit gangguan ginjal akut atipikal.
Menurutnya, masih banyak ditemukan masyarakat yang sembarangan dalam menggunakan obat di beberapa wilayah. Bahkan, ada yang menggunakan obat-obatan khusus untuk manusia, tetapi diberikan kepada hewan.
Baca Juga: Kini Dilarang Beredar, Ini 5 Obat Sirup yang Paling Sering Dibeli di Apotek
"Di Indonesia edukasi tentang obat masih kurang. Apoteker harusnya berperan di sini," pesan Muchtaridi dalam keterangannya di Bandung, Jawa Barat, Kamis (20/10/2022).
Selain itu, masyarakat Indonesia juga masih banyak yang belum memahami mengenai warna tanda dalam kemasan obat. Padahal, tanda tersebut berfungsi menjelaskan mengenai golongan obat, kegunaan, serta cara penggunaannya.
“Misalnya, masyarakat menganggap warna hijau itu obat bebas. Jadi, bisa dikonsumsi dengan bebas, padahal kan bisa bahaya. Itu edukasinya yang kurang,” lanjutnya.
Karena itu, apoteker harus berperan dengan wewenangnya dalam memutuskan kelayakan suatu jenis obat agar bisa dikonsumsi kepada pasien sesuai kondisinya.
Dia mendorong kurikulum pendidikan farmasi maupun apoteker perlu diperkuat. Salah satu yang perlu diperkuat adalah materi stabilitas obat.
Baca Juga: Kemenkes Larang Minum Obat Sirup, Begini Tanggapan Pemda DIY
Dia menilai kasus dietilen glikol dan etilen glikol dalam obat parasetamol di Gambia merupakan bukti bahwa stabilitas suatu obat tidak bisa diabaikan, karena bakal berdampak bagi penggunanya.
“Misalnya, ketika aspirin terkena air atau lembab, itu jangan dimakan, karena akan terpecah menjadi asam atetat dan menjadi racun kalau dimakan. Masyarakat tidak paham, yang paham apoteker,” tandasnya. [ANTARA]