Agar Menopause Tak Turunkan Kualitas Hidup, Deteksi Dini Perlu Dilakukan Perempuan

Kamis, 20 Oktober 2022 | 09:30 WIB
Agar Menopause Tak Turunkan Kualitas Hidup, Deteksi Dini Perlu Dilakukan Perempuan
ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menopause merupakan kejadian alamiah yang pasti dialami semua perempuan. Ini merupakan kondisi berhentinya siklus menstruasi secara alami. 

Sayangnya, Dr. dr. Tita Husnitawati, Sp.OG (K) Fer, Presiden Perkumpulan Menopause Indonesia (PERMINESIA) menjelaskan, bahwa terdapat perubahan hormon pada tubuh perempuan menopause yang menyebabkan gejala yang dapat mengurangi kualitas hidup.

Untuk itu, penting bagi perempuan untuk melakukan deteksi dini gejala-gejala yang terjadi pada perempuan menopause. Sehingga saat mengenal gejalanya, perempuan siap menghadapi berbagai proses alami yang sebenarnya patut disyukuri.

"Kondisi menopause menyebabkan gejala atau sindroma metabolik yang terdiri dari obesitas perut yang ditandai lingkar perut lebih dari 80 cm, tekanan darah meningkat, dan pemeriksaan laboratorium menunjukan profil lemak abnormal dan gula darah meningkat," jelas dia dalam sambutan Hari Menopause Sedunia (World Menopause Day) 2022 yang digelar PERMINESIA, Rabu (19/10/2022).

Baca Juga: Rambut Rontok karena Menopause, Simak 5 Tips untuk Merawatnya!

ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)
ilustrasi menopause yang dialami perempuan. (Shutterstock)

Hal ini, biasanya terjadi karena konsumsi makanan berkalori tinggi, kebiasaan merokok, dan pertambahan usia. Selain itu, gangguan kognitif juga merupakan gejala yang paling umum dialami setidaknya 44-62% populasi.

Perubahan hormon pada perempuan dalam masa menopause menyebabkan penurunan kemampuan berpikir, yaitu mengalami kondisi lupa sesaat atau ‘Brain fog’, kesulitan memilih kata (verbal fluency), dan penurunan daya ingat. 

Selain itu, perubahan hormon seperti estrogen, FSH dan LH, serta fluktuasi prolaktin dan kortisol menjadi penyebab gejala stress, kecemasan, dan depresi dialami oleh perempuan dalam masa menopause. 

"Dalam masa perimenopause dan postmenopause, setidaknya perempuan mengalami peningkatan risiko 2 sampai 4 kali untuk mengalami depresi," jelas dia lagi. 

Risiko perubahan tubuh akibat menopause dapat dihindari dengan kebiasaan hidup sehat yaitu dengan berolahraga teratur, mengonsumsi makanan bemutrisi sehat dan gizi seimbang, dan menghilangkan kebiasaan buruk seperti merokok. 

Baca Juga: Selain Sunnah, Konsumsi Madu dan Kurma Efektif Perbaiki Sikulus Haid

Jenis olahraga yang tepat, kata dia adalah olahraga yang membuat lancar atau tidak menghambat pertukaran udara (aerobik) adalah jenis olahraga yang dianjurkan, sebaiknya dilakukan setiap hari selama 30 menit, minimal 4 kali seminggu, dengan jenis aktivitas yang disesuaikan dengan usia.

"Selain gaya hidup, pengobatan untuk gejala menopause dapat dilakukan dengan pengobatan hormon. Pengobatan hormon untuk keluhan menopause bukan pengobatan utama untuk menopause, lagi pula bila ibu memiliki sindroma metabolik obat tersebut tidak bisa digunakan," ujarnya. 

Penelitian terkini membuktikan bahwa pengobatan hormon relatif aman bila dibenkan topikal: melalui kulit, selaput lendir atau vagina.

Dalam rangka memperingati Hari Menopause Sedunia (World Menopause Day) 2022, PERMINESIA juga mendukung International Menopause Society (IMS) dalam kampanye dengan tema "Cognition and Mood".

Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat mengenai kondisi menopause khususnya yang berhubungan dengan daya pikir (kognitif) dan pengelolaan emosi. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI