Waspada Gangguan Ginjal Akut Misterius, Apakah Obat Batuk & Flu Parasetamol Cair Dihindari Dulu? Ini Kata Dokter Paru

Rabu, 19 Oktober 2022 | 05:30 WIB
Waspada Gangguan Ginjal Akut Misterius, Apakah Obat Batuk & Flu Parasetamol Cair Dihindari Dulu? Ini Kata Dokter Paru
Ilustrasi obat batuk sirup parasetamol diduga penyebab gagal ginjal akut misterius. (shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Gangguan ginjal akut misterius yang menyerang anak-anak diduga berasal dari obat batuk dan flu parasetamol sirup, meski belum bisa dipastikan kebenarannya.

Untuk mencegah segala kemungkinan, dokter spesialis paru meminta orangtua waspada.

Ketua Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI) Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP membenarkan jika anak batuk tidak boleh langsung dikasih obat batuk.

Dr. Agus menjelaskan jika batuk adalah mekanisme fisiologis alami dari tubuh, terjadi karena respon tubuh berusaha mengeluarkan benda asing di saluran napas seperti virus, bakteri, bahkan iritasi maupun dahak.

Baca Juga: Orangtua Wajib Waspada, Ini Tanda Anak Alami Gagal Ginjal Akut Misterius dan Harus Dilarikan ke Rumah Sakit

Sehingga ia menyarankan, saat anak batuk jangan langsung memberi obat batuk pada anak, sebelum mengetahui apa penyebab batuk tersebut.

Ilustrasi gangguan ginjal akut misterius. (Freepik)
Ilustrasi gangguan ginjal akut misterius. (Freepik)

"Sehingga sebenarnya pada kondisi tertentu kalau kita batuk itu, sebenarnya jangan dikasih obat karena itu untuk mengeluarkan sesuatu yang memang tidak selaiknya ada di sana," ujar Dr. Agus saat dihubungi Suara.com, Selasa (18/10/2022).

Ia mengatakan ada beberapa jenis obat batuk yang perlu diketahui, yaitu untuk menekan mekanisme batuk yang menganggu dan ada yang sebagai pengencer dahak.

Masalahnya kata Dr. Agus, jika batuk yang dialami karena refleks tubuh yang berusaha mengeluarkan dahak, tapi malah diberi obat untuk menekan batuk sehingga batuk berkurang, alhasil dahak yang ada di tenggorokan tidak keluar.

"Ini karena dengan memgencerkan dahak, dahak mudah dikeluarkan, tapi dahak tidak ditekan. Kalau ditekan dahak yang ada di dalam tidak bisa keluar," terangnya.

Baca Juga: Picu Gagal Ginjal Akut Pada Anak, Ini Zat yang Dilarang BPOM Pada Sirup

Ditambah ada juga kondisi saat sesak batuk akibat asma, sangat dilarang mengonsumsi obat batuk. Ini karena obat itu bisa menekan batuk, dan saluran napas bisa bertambah sempit.

"Jadi asma itu perlu dikasih obat untuk melancarkan saluran napasnya agar normal kembali, dan jangan dikasih obat batuk," tegas Dr. Agus.

Inilah sebabnya orangtua diminta lebih dulu menunggu 2 hingga 3 hari, sampai diketahui dan diperkirakan apa yang dirasakan penyebab batuk. Jika tidak kunjung hilang bisa diberi obat batuk yang dijual bebas, dengan syarat membaca aturan pakai di kemasan.

"Setelah itu 3 hari nggak sembuh, harus dibawa ke rumah sakit," tutupnya.

Sementara itu, Badan Pengawas Obat dan Makanan atau BPOM RI melarang semua obat batuk sirup di Indonesia menggunakan dietilen glikol (DEG) dan etilen glikol (EG). Hal ini menyusul 69 anak meninggal di Gambia, Afrika karena ginjal akut usai konsumsi obat batuk sirup.

Perlu diketahui, 4 obat batuk sirup anak yang diproduksi Maiden Pharmaceuticals Limited, India yang mengandung dietilen glikol dan etilen glikol ini disebut jadi sebab anak di Gambia meninggal karena ginjal akut.

Namun Kepala BPOM RI, Penny K. Lukito menegaskan jika 4 obat batuk yang diduga menyebabkan ginjal akut itu tidak ada di Indonesia, bahkan BPOM tidak pernah mengeluarkan izin edarnya.

"Berdasarkan penelusuran BPOM, keempat produk yang ditarik di Gambia tersebut tidak terdaftar di Indonesia dan hingga saat ini produk dari produsen Maiden Pharmaceutical Ltd, India tidak ada yang terdaftar di BPOM," jelas Penny.

Di sisi lain, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) melaporkan kasus gagal ginjal akut misterius yang muncul di Indonesia, dalam dua bulan terakhir ini menyerang anak usia enam bulan sampai 18 tahun.

Hingga saat ini, total 189 kasus gagal ginjal akut dilaporkan dan paling banyak mendominasi usia satu hingga lima tahun.

"Per 18 Oktober 2022, sebanyak 189 kasus telah dilaporkan, paling banyak didominasi usia satu hingga lima tahun," kata Pelaksana Tugas Direktur Pelayanan Kesehatan Rujukan Kementerian Kesehatan Yanti Herman di Jakarta.

Orang tua diimbau untuk tidak panik dan tetap mewaspadai munculnya gangguan ginjal pada anak-anak dengan memantau kondisi kesehatan serta pemenuhan kebutuhan cairan anak.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI