Tanya Psikolog: Korban KDRT Kembali Jalani Hubungan dengan Pelaku, Murni karena Cinta?

Senin, 17 Oktober 2022 | 08:03 WIB
Tanya Psikolog: Korban KDRT Kembali Jalani Hubungan dengan Pelaku, Murni karena Cinta?
Ilustrasi KDRT - Suami KDRT Menurut Islam (Pexels)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Keputusan Lesti Kejora yang memilih kembali dengan suaminya Rizky Billar menimbulkan kekecewaan publik. Pasalnya, penyanyi dangdut 23 tahun itu telah terbukti alami kekerasan dalam rumah tangga (KDRT). 

Lesti Kejora disebut terlalu bucin (budak cinta) dengan Rizky Billar sehingga tidak tega saat suaminya ditetapkan sebagai tersangka oleh polisi. Bahkan kini dikabarkan telah kembali tinggal satu rumah. 

Suara.com menghubungi psikolog klinis dewasa Hersa Aranti untuk bertanya penyebab korban KDRT berani kembali lakukan hubungan dengan pelaku. Benarkah bucin jadi penyebabnya? Selengkapnya pada artikel tanya ahli berikut ini.

Kenapa korban KDRT bisa luluh untuk jalani hubungan dengan pelaku? Benarkah murni karena cinta?

Baca Juga: Ditakutkan Ayah Lesti Kejora? Jeng Nimas Tarot Keluarkan Kartu Matahari Berkabut

Ilustrasi KDRT (Freepik/kamranaydinov)
Ilustrasi KDRT (Freepik/kamranaydinov)

Sebenarnya, justru biasanya bukan karena luluh atau sesimpel itu. Ada faktor-faktor yang lebih complicated, misalnya merasa sense of bonding yang kuat dengan pasangan karena ada trauma. Terus juga pasangan tidak membolehkan pergi, ada concern terkait keselamatan, tidak tahu lagi harus ke mana, ada kekurangan secara financial misalnya pasangannya yang kerja. Atau enggak tahu caranya gimana untuk pergi, kurang support, memiliki perasaan takut, malu.

Biasanya juga karena mengutamakan anak serta takut gitu gimana reaksi partner kalau akhirnya ditinggalin. Jadi benar-benar kadang sangat complicated dan tidak sesimpel akhirnya balik karena luluh gitu.

Benarkah keputusan korban KDRT untuk kembali tidak mengutamakan logika?

Kenapa akhirnya seseorang itu bisa stay di hubungan yang ada kekerasannya gitu, justru dia menggunakan logika. Terkadang yang di mana logikanya 'kalau saya pergi takutnya saya diteror', misalnya. Takutnya anak saya kenapa-kenapa, trauma gitu ya. Jadi banyak pertimbangan-pertimbangan yang justru sebenarnya juga menggunakan logika.

Meskipun kadang, kalau korban di bawah tekanan atau dalam situasi stressfull, mungkin apa pastinya untuk berpikir secara tenang, dengan pikiran jernih, dengan melihat berbagai kemungkinan apa opsi-opsi lain. Kadang itu juga jadinya terpengaruh, tapi biasanya sih menggunakan logika juga terlepas dari apakah penilaiannya dia sebenarnya itu udah yang terbaik atau belum. 

Baca Juga: Jalan Bareng Lesti Kejora, Rizky Billar Gendong Baby L, Warganet Singgung Bola Biliar: Disingkirin Jauh-jauh

Tapi, untuk itu kadang akhirnya butuh bantuan dari profesional atau mungkin orang terdekatnya.

Apakah luluhnya korban KDRT bisa karena faktor pasangannya sebenarnya manipulatif?

Kadang ada kasus-kasus tertentu di mana pelaku kekerasan dalam rumah tangga itu memiliki sifat-sifat manipulatif. Biasanya ada cycle-nya. Jadi misalnya ada cicle of abuse, kemudia tiba-tiba ada honemoon phase, minta maaf, kadang bisa sampai sujud-sujud gitu. Jadi dua sisi ekstrem itu yang kadang membuat korban juga jadinya bingung, 'sebenarnya pasangan saya yang sebenarnya yang mana'. Makanya akhirnya kadang sering terjebak di cycle itu.

Punya pertanyaan seputar kesehatan, diet, hingga urusan ranjang? Suara.com bisa membantu Anda menemukan jawabannya. Tulis pertanyaan Anda di kolom komentar, untuk bisa dijawab oleh pakar.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI