Duh! Anak Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius Perlu Perawatan Berbulan-Bulan Hingga Bisa Pulih Total

Jum'at, 14 Oktober 2022 | 17:30 WIB
Duh! Anak Idap Gangguan Ginjal Akut Misterius Perlu Perawatan Berbulan-Bulan Hingga Bisa Pulih Total
Ilustrasi Anak Sakit (Pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Anak-anak yang terkena penyakit gangguan ginjal akut misterius rata-rata harus jalani perawatan di rumah sakit selama beberapa minggu. Tetapi, meski sudah dibolehkan pulang dari rumah sakit, ada pula beberapa anak yang masih harus jalani terapi rawat jalan.

Dokter Spesialis Anak di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) dr. Eka Laksmi Hidayati, Sp A(K)., mengatakan bahwa kebanyakan anak yang berhasil sembuh dari penyakit tersebut fungsi ginjal kembali normal.

"Para pasien yang sudah sembuh kami melihat fungsi ginjal mayoritas mengalami pulih total. Jadi tidak perlu lagi ada terapi jangka panjang," kata dokter Eka dalam konferensi pers virtual Jumat (14/10/2022).

Ilustrasi anak sakit (Elements Envato)
Ilustrasi anak sakit (Elements Envato)

Beberapa pasien lain yang harus jalani rawat jalan rata-rata butuh waktu 1-3 jam untuk bisa pulih total, lanjut dokter Eka. Diketahui RSCM sebagai pusat rujuk nasional perawatan pasien gangguan ginjal akut misterius.

Baca Juga: 10 Potret Baby Bump Felicya Angelista, Tetap Sibuk Urus Bisnis Skincare

Ia mengingatkan agara orangtua waspada terhadap potensi penyakit tersebut yang rentan dialami oleh anak di bawah usia 18 tahun. Tetapi, data Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) tercatat kalau balita paling banyak yang mengalami sakit tersebut.

Data di RSCM juga tercatat, terdapat 44 pasien gangguan ginjal akut misterius yang dirawat, terbanyak usia 1-2 tahun. 

"Pasien yang dibawa lebih dini, tingkat keparahan penyakitnya lebih ringan," ucap Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI tersebut.

Data terbaru IDAI per 14 Oktober 2022 tercatat jumlah anak yang terkena gangguan ginjal akut misterius bertambah jadi 152 anak di 16 provinsi. Meski baru terlapor pada Agustus-September lalu, namun oenyakit tersebut sebenarnya sudah ada sejak Januari 2022 lalu.

"Hanya saja tren sekarang menurun. Kita melihat puncak kasus sudah terjadi di September. Mudah-mudahan ini tidak naik lagi," kata Ketua IDAI dr. Piprim Basarah Yanuarsa. 

Baca Juga: Rizky Billar Janji Gak Bakal Kasar ke Lesti Kejora, Kalau Ingkar Bakal Dilaporkan Lagi

Salah satu gejala khas dari penyakit tersebut berupa anak tidak alami buang air kecil atau jumlahnya terlaku sedikit. Selain itu, 44 persen pasien juga mengalami infeksi saluran cerna seperti diare. Selain itu, sebanyak 38 persen anak alami positif Covid-19 dan 31,6 persen negatif. Sedangkan 29 persen lainnya tidak diperiksakan. 

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI