Suara.com - Penyakit gangguan ginjal akut misterius yang belum diketahui penyebabnya tengah mengancam anak-anak.
Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI) mencatat laporan ada 131 anak di 14 provinsi yang telah mengidap sakit misterius tersebuk sejak Januari sampai Oktober 2022.
Sekretaris Unit Kerja Koordinasi (UKK) Nefrologi IDAI dr Eka Laksmi Hidayati, SpA(K)., mengatakan kalau seluruh pasien anak tersebut alami masalah tidak buang air kecil saat dibawa berobat ke rumah sakit.
Tetapi, hasil tes menunjukan kalau tubuhnya juga tidak alami kekurangan cairan. Sehingga, pasien anak-anak tersebut tidak boleh diberikan banyak minum selama jalani perawatan.
Baca Juga: Tumbuhan Ini Kata dr.Zaidul Akbar Bisa Kembalikan Fungsi Ginjal Biar Tidak Sampai CUci Darah
"Pada AKI (acute kidney injury) yang berbeda ini, kondisinya kita tidak melihat ada kehilangan cairan yang berlebihan. Maka tidak disarankan untuk memberikan cairan berlebihan. Tapi disarankan untuk segera ke rumah sakit untuk diberikan terapi obat, dipantau, kemudian bila tidak berhasil harus melakukan cuci darah," jelas dokter Eka saat konferensi pers virtual, Selasa (11/10/2022).
Alasan anak-anak itu tidak boleh banyak minum agar cairan dalam tubuhnya tetap seimbang. Dokter Eka menjelaskan, selama tidak ada urine yang keluar, kemungkinan masih terjadi penumpukan cairan dalam tubuh.
"Memang kami memantau anak-anak ini di ruang rawat intensif. Umumnya ketika awal masuk rumah sakit memang mereka jadinya puasa, karena kami harus mengendalikan cairan. Kami memang tidak terlalu banyak memberikan karena harus ada keseimbangan karena tidak ada yang keluar dari urine," paparnya.
Untuk memulihkan fungsi ginjal agar kembali memproduksi urine, dokter akan memberikan obat. Tetapi, apabila cara tersebut tidak juga ampuh, kata dokter Eka, maka pasien harus menjalani cuci darah.
Kasus gangguan ginjal akut misterius pada anak-anak itu sebenarmya telah terjadi sejak awal 2022. IDAI mencatat kalau puncak kasus terjadi pada periode Agustus-September, dengan jumlah kasus baru dalam dua bulan mencapai 100 anak.
Baca Juga: Gangguan Ginjal Akut Misterius Mengintai Anak, Orangtua Wajib Tahu Gejala dan Faktor Risikonya
Anak-anak yang lebih dulu terkena penyakit tersebut pada awal tahun, beberapa di antaranya sudah berhasil sembuh total dengan fungsi ginjal kembali seperti semula.
Hanya saja, dokter Eka mengungkapan kalau masa itu juga angka kematian cukup tinggi.
"Memang di Januari sampai Juli, angka kematian mungkin kita harus katakan 30 persen. Tetapi yang bertahan bisa pulang itu semua tidak mengalami gagal ginjal kronik, jadi tidak ada yang memerlukan cuci darah berkelanjutan. Sementara untuk yang periode September memang ada pasien yang sudah pulang, tapi masih cuci darah," ungkapnya.