Suara.com - Angka harapan hidup di semua provinsi di Indonesia meningkat dari tahun 1990 dan 2019. Hal itu terungkap dalam studi yang dipublikasikan hari ini di The Lancet Global Health
Studi ini merupakan analisis beban penyakit secara sistematis dan komprehensif yang pertama untuk ke-34 provinsi di Indonesia, berdasarkan data dari Global Burden of Disease (GBD) Study 2019.
GBD, yang kini memasuki tahun ke-30, merupakan pengamatan studi epidemiologi global yang terlengkap yang menyediakan alat untuk mengukur tantangan kesehatan di 204 negara dan wilayah di seluruh dunia.
“Kita telah lama menyadari adanya perbedaan status kesehatan antar daerah di negara kita yang besar dan beragam ini,” kata Dr. Nafsiah Mboi, Menteri Kesehatan Republik Indonesia periode 2012–2014 dan anggota badan pengurus Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kedokteran University of Washington.
Baca Juga: Wabah Saluran Pencernaan Serang 800 Keluarga di Korut, Tim Medis Mulai Lakukan Penyelidikan
“Dari analisis ini, kita mendapatkan seperangkat data yang dapat dibandingkan untuk 34 provinsi, yang dapat membantu pengembangan kebijakan dan program maupun untuk memantau kemajuan.”
Dalam studi itu, terdapat peningkatan angka harapan hidup laki-laki dari usia 62,5 menjadi 69,4, perubahan positif sebesar 6,9 tahun. Untuk perempuan selama periode yang sama, angka harapan hidup meningkat dari usia 65,7 menjadi 73,5, meningkat 7,8 tahun.
Bali memiliki angka harapan hidup tertinggi pada 2019 yaitu 75,4 tahun, sedangkan Papua terendah dengan 65,2, selisih 10,2 tahun. Probabilitas kematian dari lahir hingga usia 20 dan dari 20 hingga 55 menurun di semua provinsi untuk kedua jenis kelamin, tetapi usia 55 hingga 90 tahun meningkat di Papua, Maluku Utara, Papua Barat, Aceh, Kalimantan Timur, dan Banten.
Sebagai informasi laporan ini merupakan studi peer-review dan sistematis baru yang menganalisis ratusan penyakit, cedera, dan faktor risiko di Indonesia menunjukkan bahwa ada kemajuan besar dalam derajat kesehatan rakyat Indonesia pada umumnya namun masih terdapat kesenjangan dalam beberapa indikator kesehatan antar provinsi. Studi ini dipublikasikan hari ini di The Lancet Global Health dan merupakan hasil kerja sama antara jaringan peneliti dan pembuat kebijakan dari lembaga pemerintah dan lembaga akademik di Indonesia, termasuk Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/BAPPENAS, Kementerian Kesehatan, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), dan Badan Penyelenggara Statistik (BPS), dan Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME) di Fakultas Kedokteran University of Washington.
Baca Juga: Pakar Epidemiologi Harap Vaksin BUMN Bantu Pemerataan Distribusi Vaksin