Suara.com - Kondisi kesehatan atlet Esport perlu jadi perhatian jika ingin Indonesia bisa bersaing di dunia games. Sebab seperti atlet olahraga lainnya, atlet esports juga rentan mengalami cedera.
Apalagi, esport jadi salah satu cabang olahraga (cabor) yang akan dipertandingkan pada Olimpiade 2028 mendatang.
Inilah sebabnya dokter spesialis kedokteran olahraga akan lakukan penelitian seputar kondisi para atlet esports maupun gamer rekreasi atau masyarakat umum yang bermain game, untuk memotret kondisinya karena aktivitas bermain game.
"Jadi nanti ada kategorinya ada kondisi kesehatan khusus atlet esport, ada gamer rekreasi dari masyarakat umum, dari anak-anak hingga usia produktif," ujar Peneliti sekaligus Dokter Spesialis Kedokteran Olahraga, dr. Antonius Andi Kurniawan, Sp.KO di RSPI Bintaro Jaya, Tangerang Selatan, Selasa (11/10/2022).
Baca Juga: Resmi Dilaunching, Abipraya Arena Siap Cetak Atlet E-Sport Jempolan di Jawa Tengah
Tidak hanya dirinya, dokter yang berpraktik di Sport Medicine Injury and Recovery Center (SMIRC) RS Pondok Indah Bintaro Jaya itu mengatakan akan melibatkan dokter multidisiplin lain, agar dapat memotret kondisi gamer Indonesia dengan tepat dan komprehensif.
"Kami menyadari pentingnya penanganan yang cepat dan tepat pada cidera olahraga, tidak terkecuali di bidang esport. Hal ini krusial agar kondisi cidera tidak semakin memburuk, atau bahkan menimbulkan cidera lanjutan di masa yang akan datang," terang dr. Antonius.
Data dr. Antonius, mencatat 10 besar keluhan cedera terbanyak yang dialami oleh pemain esports antara lain keluhan di jari, tangan, pundak, leher.
"Peningkatan keluhan sakit di antara pemain esports dikarenakan kesalahan postur dan intensitas permainan,” tutur dr. Andi
Adapun penelitian esports medicine & science ini bekerjasama dengan Coda Indonesia, yang terlibat dalam ekosistem industri game, dengan tujuan atlet esport Indonesia mampu berkiprah di dunia internasional.
"Kami berharap melalui penelitian dan program yang kami lakukan, kami dapat memberikan rekomendasi serta mengedukasi publik mengenai bagaimana bermain game secara sehat, aman, seimbang, dan produktif," Direktur Hubungan Eksternal Coda Indonesia, Rurie Wuryandari di tempat yang sama.
Harapannya setelah penelitian ini bisa menyusun dan memberikan rekomendasi kegiatan agar pemain game dan esports dapat meminimalisir cedera dan potensi kerusakan saraf di masa mendatang.