Studi Ungkap Gen Z Lebih Rentan Depresi, Apa Sebabnya Sih?

Selasa, 11 Oktober 2022 | 08:55 WIB
Studi Ungkap Gen Z Lebih Rentan Depresi, Apa Sebabnya Sih?
Ilustrasi self talk negatif sebabkan depresi (Freepik/8photo)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Isu masalah mental kian marak disuarakan terutama oleh anak-anak muda generasi Z atau gen z. Tetapi, kemudian muncul anggapan kalau anak-anak kelahiran tahun 1997-2012 itu dianggap bermental lemah karena terlalu mudah klaim diri sendiri alami masalah mental.

Pakar kesehatan mental dari Emotional Health For All (EHFA) Dr. Sandersan Onie bahkan menyebutkan kalau ada tren di media sosial yang menyebut gen z sebagai generasi stroberi. Dalam artian, hanya terlihat bagus dari luar, tetapi di dalamnya sedikit rapuh. 

Dari hasil penelitian yang dilakukan EHFA pada 2022, Sandersan mengatakan kalau gen z memang lebih berisiko alami depresi dibandingkan generasi sebelum mereka.

Ilustrasi Seseorang Depresi (Pixabay/vdnhieu)
Ilustrasi Seseorang Depresi (Pixabay/vdnhieu)

"Kami lakukan statistik apa intensitas dari depresi yang kita lihat, kenyataannya memang anak-anak sekarang lebih rentan terhadap depresi. Karena tantangan yang dihadapi berlipat kali lebih berat dari generasi sebelumnya, dari segi sosial media, perbandingan dari keparahan depresihnya," jelasnya saat webinar Hari Kesehatan Mental Dunia, Senin (10/10/2022).

Baca Juga: Bisa Dimulai dengan Reduksi Konsumsi Kafein, Begini Cara untuk Kurangi Risiko Terkena Stres dan Depresi

Akibat kehadiran sosial media yang semakin luas dan mudah diakses justru menimbulkan tantangan baru bagi generasi muda. Karena menurut Sandersan, mereka jadi cenderung bisa membandingkan diri ke lebih banyak orang dari berbagai belahan dunia.

"Mereka bertumbuh tidak hanya membandingkan diri dengan kakak, adik, atau teman sekelas, tapi juga dengan anak seluruh dunia lewat sosial media," ujarnya.

Sehingga wajar saja muncul fenomena 'healing' atau menenangkan diri yang kerap ramai jadi konten di media sosial. Tetapi, Sandersan menyarankan agar generasi yang lebih kuat jangan langsung melabeli gen z yang seperti itu dengan istilah generasi stroberi tersebut.

Melainkan beri edukasi secara langsung bagaimana mereka harus menjalani hidup menjadi generasi yang kuat secara mental.

"Anak-anak yang dikit-dikit mau healing tentunya memang ada, tapi saya rasa itu minoritas. Dan cara edukasi yang baik bukan dengan ngatain mereka kaya stroberi, itu bukan pendekatan yang baik. Tapi dengan mencontohkan cara yang sehat, kita yang lebih tua harus contohkan lebih baik cara hidup lebih sehat," tuturnya.

Baca Juga: 7 Cara Membantu Teman yang Depresi, Jadilah Pendengar yang Baik dan Tulus

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI