Tak Bisa Tahan Pipis? Kenali Masalah Istilah Inkontinensia Urine dan Jenis-Jenis Pengobatannya

Risna Halidi Suara.Com
Kamis, 06 Oktober 2022 | 18:38 WIB
Tak Bisa Tahan Pipis? Kenali Masalah Istilah Inkontinensia Urine dan Jenis-Jenis Pengobatannya
Ilustrasi Inkontinensia Urine pada perempuan. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Inkontinensia urine adalah kondisi ketika seseorang sulit menahan buang air kecil hingga bisa menyebabkan kebiasaan mengompol. Inkontinensia urine umumnya dialami perempuan.

Inkontinensia urine bisa membuat penderitanya mengeluarkan urine tanpa kendali saat beraktivitas ringan. Seperti batuk, tertawa, bersin, berlari atau mengangkat beban berat.

Sebuah penelitian di Amerika Serikat menyebut, dari 25 juta orang berusia di atas 18 tahun yang mengalami berbagai jenis inkontinensia urine, ternyata 85 persennya adalah perempuan.

Untuk itu penting bagi perempuan menjaga kesehatan dasar panggul dan otot-ototnya, karena memiliki fungsi mulia untuk menjaga posisi kandung kemih, rahim dan sistem pencernaan.

Baca Juga: Bikin Ni Luh Djelantik Ngamuk! Heboh Bule Bangga Pamer Momen Kencing Sembarangan di Gunung Bromo

Ilustrasi buang air besar (Unsplash/Giorgio Trovato)
Ilustrasi Inkontinensia Urine pada perempuan (Unsplash/Giorgio Trovato)

Dikatakan dokter dari Jakarta Urogynecology Center di RS YPK Mandiri Jakarta, dr. Nadir Chan, jika dasar panggul rusak atau lemah, maka ada berbagai risiko kesehatan bisa terjadi.

"Mulai Prolaps Organ Panggul (POP), inkontinensia urine, inkontinensia fekal, hingga masalah disfungsi seksual," kata dr. Nadir dalam siaran tertulis yang diterima Suara.com, Kamis (6/10/2022).

Pengobatan Inkontinensia Urine
Pengobatan inkontinensia urine bisa dilakukan dalam dua acara, yaitu pengobatan nonoperasi dan operasi. Pengobatan nonoperasi misalnya latihan kegel, penggunaan kursi elektromagnetik, dan femilift.

Namun jika terapi tersebut tidak bisa dilakukan, maka bisa melakukan tindakan operasi baik yang sifatnya minimally invasive surgery atau bedah terbuka.

Setidaknya ada tiga jenis pengobatan masalah inkontinensia urine seperti kursi elektromagnetik, Femilift menggunakan laser CO2 dan metode Transobturator Tape.

Baca Juga: 6 Cara Menghilangkan Kebiasaan Mengompol Pada Anak, Batasi Minuman-Minuman Ini Bun

Ilustrasi Buang Air Kecil (Pexels/Miriam Alonso)
Ilustrasi Inkontinensia Urine Pada Perempuan (Pexels/Miriam Alonso)

Kursi elektromagnetik bekerja dengan energi HIFEM (high-intensity focused electromagnetic energy) yang bisa dilakukan sembari duduk biasa dan tetap menggunakan busana lengkap.

Saat terapi dijalankan, kursi magnet akan menginduksi kontraksi otot supramaksimal dengan mengeluarkan getaran yang membuat dasar panggul hingga otot terdalam berkontraksi setara dengan 11.000 hingga 20.000 gerakan Kegel.

Otot-otot dasar panggul akan terlatih kembali secara merata. Demikian pula dengan kontrol neuromuskularnya. Kursi magnetik termasuk tindakan non-invasif.

Namun meski tanpa rasa nyeri, beberapa hari pascatindakan pasien mungkin akan merasakan seperti habis olahraga sedang hingga berat.

Meski demikian kursi elektromagnetik tidak dianjurkan penggunaannya pada beberapa kondisi seperti perempuan hamil, mengidap masalah jantung, pasien kanker serta beberapa kondisi lainnya.

Sementara FemiLift adalah terapi dasar panggul yang masuk minimally invasive menggunakan teknologi laser CO2. Nantinya sebuah alat berbentuk tube kecil berisi laser CO2 akan dimasukkan ke vagina.

Alat ini kemudian menembakkan sinar secara merata, berputar 36 derajat ke seluruh permukaan dinding rahim. Kedalaman sinar hanya sekitar 3 milimeter dari permukaan kulit.

Terakhir Transobturator Tape adalah tindakan minimally invasive dengan waktu operasi jauh lebih cepat. Nantinya sebuah pita transobturator berbentuk jaring-jaring dipasang melintang di dasar panggul.

Sayatan kecil juga dibuat pada dinding vagina dan tape permanen dimasukkan melalui vagina dan diletakkan di bawah uretra. Jarum yang digunakan untuk memasukkan tape dijalankan melalui sayatan kecil di dua bagian atas paha.

Prosedur ini dilakukan agar pengidap punya lebih banyak kendali akan kandung kemihnya. Pita transobturator terbuat dari polipropilen elastisitas rendah yang tak akan larut selama berada dalam tubuh.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI