Suara.com - Perhimpunan Hematologi Onkologi Medik Penyakit Dalam Indonesia Provinsi DKI Jakarta atau PERHOMPEDIN Jaya fokus menangani kasus kanker di Indonesia dengan cara multidisiplin.
Salah satunya dengan cara memaksakan The Role of Internist in Cancer Management atau ROICAM yang sudah berlangsung sejak 2012. Kali ini di 2022 digelar ROICAM ke-9, yang fokus untuk menghubungkan disiplin ilmu medis dan pelayanan kanker.
"Kami berharap ROICAM 9 dapat menjadi ajang untuk berbagi ilmu, memperluas jejaring, serta memberikan gambaran akan pentingnya tim multidisiplin dalam tatalaksana kanker," kata Ketua pelaksana ROICAM 9, Dr. dr. Hilman Tadjoedin, SpPD, KHOM melalui keterangan yang diterima suara.com, Selasa (4/10/2022).
Selain memperkuat kerja sama antar tenaga kesehatan, pada acara ini juga Perhompedin berharap ada berkolaborasi dengan segenap pemangku kepentingan terkait masalah kesehatan, termasuk pemerintah dan pihak swasta.
Baca Juga: Akibat KDRT yang Diterima, Lesti Kejora Harus Ditangani Tiga Dokter
"Tidak lupa tujuan terpenting acara ini adalah dapat bermanfaat bagi pasien, keluarga, dan masyarakat luas," sambung Dr. Hilman.
Acara ini dihadiri oleh Wakil Menteri Kesehatan Republik Indonesia, Prof. dr. Dante Saksono Harbuwono, SpPD, K-EMD, PhD, dan dr. Dwi Oktavia TLH, M.Epid, selaku Kepala Bidang P2P Dinas Kesehatan DKI Jakarta.
Sejumlah ahli onkologi dari dalam dan luar negeri turut menghadiri acara ini sebagai pembicara. Para pembicara menyajikan topik-topik menarik dan terkini seputar kanker untuk para peserta ROICAM 9.
Adapun beban kesakitan dan kematian akibat kanker terus meningkat di Indonesia. Berdasarkan data studi Global Burden of Cancer Study (Globocan) pada tahun 2018 dan 2020, menunjukkan angka kasus baru dan kematian kanker di Indonesia meningkat sekitar 8,8 persen hanya dalam waktu dua tahun terakhir.
Bahkan, beban kanker global diperkirakan menjadi 28,4 juta kasus pada tahun 2040, naik 47 persen dari tahun 2020.
Baca Juga: Dianiaya Rizky Billar, Lesti Kejora Sampai Cedera Kepala dan Dirawat 3 Dokter
Seiring dengan peningkatan kasus kanker baru, beban finansial juga memberikan dampak pada pasien, keluarga dan pemerintah.
Kementerian Kesehatan memperkirakan pengobatan kanker sepanjang tahun 2018 mendekati Rp 3 triliun. Angka tersebut naik 30,43 persen dibandingkan dengan tahun 2016.
Tatalaksana kanker yang semakin kompleks membutuhkan kolaborasi berbagai bidang keilmuannuntuk mencapai tujuan pengobatan kanker itu sendiri.
Sesuai panduan ESMO (European Society for Medical Oncology) dan ASCO (American society jor Clinical Oncology) yang merupakan pengampu pengobatan kanker dunia, pengobatan kanker saat ini meliputi pembedahan, kemoterapi, radioterapi hingga terapi paliatif yang bertujuan mempertahankan kualitas hidup pasien.
Keseluruhan pengobatan kanker ini membutuhkan tim multidisiplin dalam penatalaksanaannya.
Anggota tim multidisiplin yang menjadi kunci dalam suksesnya pengobatan kanker terdiri dari tenaga kesehatan profesional dari berbagai disiplin ilmu, yang melakukan pertemuan rutin untuk membahas perkembangan pasien.
Peran pemerintah dalam menentukan kebijakan juga memiliki peran yang krusial. Penting untuk mensosialisasikan deteksi dini pada kanker agar pengobatan dapat dilakukan tepat, lebih mudah dan hemat biaya.