Angka Penderita Penyakit Jantung Bawaan Masih Tinggi, Ketahui Gejala Serta Cara Skriningnya

Jum'at, 23 September 2022 | 19:28 WIB
Angka Penderita Penyakit Jantung Bawaan Masih Tinggi, Ketahui Gejala Serta Cara Skriningnya
Ilustrasi penyakit jantung bawaan. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penyakit jantung bawaan (PJB) masih menjadi masalah yang cukup banyak terjadi di Indonesia. Dikatakan, PJB berkontribusi sebagai penyebab kematian bayi tertinggi di Indonesia.

Dokter spesialis jantung dan pembuluh darah, dr. Oktavia Lilyasari, Sp.JP(K), FIHA mengatakan, sebanyak 80 ribu bayi lahir dengan kondisi PJB. Sementara penyebab kematiannya karena telatnya diagnosis sehingga adanya keterlambatan penanganan.

Kondisi PJB sendiri pada dasarnya dapat terlihat pada gejala fisik yang dialami. Berdasarkan keterangan dr. Oktavia, penyakit ini bahkan dapat diketahui saat bayi masih berada di dalam kandungan atau saat baru dilahirkan.

Penyakit jantung bawaan. (Shutterstock)
Penyakit jantung bawaan. (Shutterstock)

“Kondisi PJB ini tuh langsung dapat dikenali saat masih ada di dalam kandungan atau segera saat ia lahir. Tetapi memang ada sebagian yang tidak diketahui sampai anaknya berusia dewasa,” jelas dr. Oktavia dalam acara Cardiovascular medicine in 2022 and beyond: Adaptive, personalized and evidence-based, Kamis (22/9/2022).

Baca Juga: Kenali Gejala Penyakit Jantung Bawaan pada Bayi

PJB juga bisa dilihat dari gejala yang muncul. Biasanya gejala yang muncul untuk bayi baru lahir, anak-anak, hingga remaja berbeda-beda. Berikut beberapa perbedaan gejala jantung bawaan pada bayi, anak-anak, dan remaja.

Bayi baru lahir:

  • Sulit menyusui
  • Adanya gangguan tumbuh kembang
  • Kulit membiru
  • Napas yang cepat
  • Keringat dingin

Anak-anak:

  • Kesulitan menyusui
  • Gangguan tumbuh kembang
  • Kulit membiru
  • Infeksi saluran napas
  • Keterbatasan dalam beraktivitas

Remaja:

  • Sesak nafas
  • Mudah lelah
  • Rasa sakit di dada
  • Jantung berdebar
  • Pingsan
  • Beberapa bagian tubuh bengkak

Sebelumnya, PJB juga bisa diketahui melalui deteksi baik sebelum dan saat hamil, serta ketika bayi telah dilahirkan. Berikut beberapa proses skrining yang dapat dilakukan untuk mengetahui serta mencegah kondisi PJB.

Baca Juga: 6 Khasiat Buah Bengkuang, Bisa Turunkan Berat Badan

1. Skrining Premarital

Skrining jenis ini dilakukan saat masih ibu masih belum hamil. Biasanya, akan dilakukan konseling untuk mengidentifikasi dan memodifikasi melalui pencegahan dan manajemen kebiasaan, medis, serta faktor risiko lainnya.

2. Skrining Prenatal

Skrining jenis ini dilakukan saat ibu sedang hamil. Biasanya, ibu akan melakukan USG antenatal untuk melihat apakah ada malformasi jantung pada janin. Meski demikian, berdasarkan data kondisi PJB yang terdeteksi sebelum kelahiran hanya sekitar 23 persen.

3. Skrining bayi baru lahir

PJB juga dapat dilakukan skrining saat bayi baru lahir. Jika PJB yang terjadi dalam keadaan kritis, akan dilakukan pulse oximetry. Skrining ini dilakukan minimal 24 jam saat bayi lahir atau jika paling telat sebelum ia dipulangkan.

Sebab skrining yang dilakukan dengan alat, sensitivitas untuk mengetahui kondisI PJB mencapai 78 persen dengan angka spesifisitas 99,7 persen.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI