Suara.com - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin meminta agar jumlah dokter gigi bisa merata di setiap Kabupaten/Kota. Itu dilakukan agar masalah gigi dan mulut yang ada di masyarakat bisa diatasi.
Menkes Budi berharap, akan ada lebih banyak dokter gigi bisa ditempatkan di Puskesmas, bukan hanya di kota-kota besar tapi juga pelosok.
"Sedikit sekali dokter gigi yang mau kerja di Puskesmas, lebih banyak yang memprioritaskan di kabupaten/kota besar," kata Menkes Budi saat memberikan sambutan secara virtual di acara Hari Kesehatan Gigi Nasional (HKGN).
"Akibatnya banyak masyarakat yang belum mendapatkan akses layanan ke dokter gigi," tambahnya saat berada di Plaza Utara Gelora Bung Karno, Jakarta, Senin (12/9/2022).
Baca Juga: Seorang Dokter Gigi Dilaporkan Pasiennya atas Dugaan Pelecehan Seksual di Tempat Praktik
Riskesdas 2018 ditemukan bahwa proporsi terbesar masalah gigi di Indonesia adalah gigi rusak, berlubang, atau sakit sebanyak 45,3 persen.
Sedangkan masalah kesehatan mulut paling banyak dialami yaitu gusi bengkak dan atau keluar bisul (abses) sebesar 14 persen.
Persatuan Dokter Gigi Indonesia (PDGI) sebagai organisasi profesi juga diminta untuk bantu sebarkan dokter gigi ke Puskesams di seluruh kecamatan di Indonesia.
"Saya akan bantu bagaimana mekanisme penggajian, penyebaran alat agar seluruh masyarakat, anak terutama, bisa dapat akses layanan. Dengan demikian kesehatan gigi anak bisa terjaga, asupan gizi terjaga, dan tumbuh jadi anak sehat," tuturnya.
Diakui oleh Ketua PDGI drg. Usman Sumantri, MSc., bahwa jumlah dokter gigi di Indonesia memang sangat sedikit.
Baca Juga: Bikin Gusi Linu, Pose Berani Carolina Miarelli, WAGs Arthur Melo Sang Dokter Gigi Cantik
PDGI mencatat totalnya baru sekitar 34.700 dokter gigi di seluruh Indonesia. Menurutnya, jumlah idealnya 10 kali lipat dari itu.
Sementara itu, lulusan dokter gigi per tahun juga masih sedikit.
Masih 32 Fakultas Kedokteran Gigi di Indonesia, lulusannya baru mencapai 2.000 Sampai 2.500 orang per tahun. Selain jumlahnya yang sedikit, distribusinya pun tidak merata.
"Kayak DKI ini sudah tujuh kali lipat dari rasio standar. Jadi di DKI saja dokter giginya sudah lebih, tapi kelihatannya seperti tidak ada dokter gigi, apalagi di daerah lain."
"Karena menumpuk di kota besar, DKI, Surabaya, Bandung, Jogja, Bali. Bali itu dokter giginya banyak sekali, tapi tetap saja akses masyarakat masih kurang," tuturnya.
Sementara daerah yang masih kurang distribus dokter gigi kebanyakan ada di daerah Sulawesi Barat, Sulawesi Tengah, Sulawesi Tenggara, NTT, Maluku, Maluku Utara, Papua, juga beberapa wilayah di Sumatera.
Dokter Usman menyebutkan, setidaknya diperlukan 270.000 dokter atau dua kali lipat dari yang ada sekarang. Jumlah itu pun dianggap dokter Usman masih kurang, karena rasionya baru 1 banding 10.000 penduduk.
Rekomendasi Organisasi Kesehatan Dunia WHO, sebaran dokter gigi di satu wilayah minimal 1 banding 7.000 penduduk. Tetapi, menurut dokter Usman, di Indonesia sebaiknya mencapai 1 banding 5.000 penduduk.
"Di Indonesia dengan geografis sangat sulit, saya menganjurkan 1 berbanding 5.000 karena terlalu besar bebannya apalagi kalau dia bekerja di puskesmas. Makin padat bebannya Semakin banyak semakin sedikit masyarakatnya yang kasihan aksesnya," tuturnya.
Meskipun setiap kabupaten/kota di seluruh Indonesia sudah tersedia dokter gigi, tapi ada beberapa daerah yang jumlahnya masih terbatas.
"Satu kabupaten, satu dokter gigi itu banyak. Bayangkan dalam satu kabupaten hanya ada satu dokter gigi, kasihan banget. Jadi memang jalan keluarnya minimal karena akses kurang, bagaimana memelihara kesehatan gigi dan mulut itu menjadi sangat penting," kata dokter Usman.