Jangan Sampai Kualitas Hidup Anak Turun, Kenali 3 Kelainan Penis yang Bisa Diatasi Lewat Operasi

Rabu, 31 Agustus 2022 | 20:50 WIB
Jangan Sampai Kualitas Hidup Anak Turun, Kenali 3 Kelainan Penis yang Bisa Diatasi Lewat Operasi
Ilustrasi penis / Mr P lelaki. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Banyak orangtua di Indonesia belum mengenal berbagai kelainan penis dan saluran kemih, hingga setelah anak lelaki dewasa akhirnya baru diketahui ia mengalami kelainan.

Kondisi ini pernah gempar di Indonesia karena dialami Atlet Nasional Voli Putri, Aprilia Manganang yang ternyata adalah seorang lelaki, dan setelah dilakukan tindakan ia merubah identitasnya menjadi Aprilio Perkasa Manganang.

Spesialis Urologi Eka Hospital Cibubur, dr. Gampo Alam Irdam, Sp.U mengatakan kelainan penis dan saluran kemih pada anak lelaki tidak bisa diabaikan karena akan mempengaruhi kualitas hidup penderitanya.

Ilustrasi penis / Mr P lelaki. (Shutterstock)
Ilustrasi penis / Mr P lelaki. (Shutterstock)


"Kelainan dapat terlihat semenjak lahir atau dapat berkembang seiring waktu. Tak jarang, beberapa kelainan tersebut membutuhkan tindakan pembedahan oleh dokter spesialis urologi guna memperbaiki gejala dan kondisi pasien," ujar dr. Gampo melalui keterangan yang diterima suara.com, Rabu (31/8/2022).

Berikut ini 3 kelainan penis dan saluran kemih yang perlu diwaspadai dan dikenali masyarakat umum menurut dr. Gampo.

1. Hipospadia

Kelainan ini terjadi sejak lahir di mana pembukaan uretra atau lubang kencing terletak di bagian bawah penis.

Gejala yang umumnya terjadi seperti lubang pembukaan uretra yang tidak normal (dapat terletak di dekat kepala penis hingga di bawah buah zakar), penis melengkung ke bawah, dan semprotan urine yang tidak normal pada saat buang air kecil.

Diperlukan tindakan pembedahan guna penanganan dan mengoreksi serta memposisikan kembali lubang uretra ke ujung penis.

Baca Juga: Hits Health: Mengenal Flu Tomat, Kapan Penis Berhenti Tumbuh

“Pembedahan akan lebih mudah dilakukan bagi penderita dengan usia 6 hingga 18 bulan. Proses pembedahan pada usia dewasa cenderung lebih sulit, dengan kejadian komplikasi yang lebih tinggi dan angka keberhasilan yang lebih rendah,” ujar dr. Gampo.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI