Suara.com - Dunia berduka dengan kabar meninggalnya Presiden Uni Soviet yang pertama dan terakhir, Mikhail Gorbachev meninggal setelah menderita penyakit kronis yang menahun, yang disebut karena sakit ginjal bahkan hingga cuci darah.
Negarawan yang berhasil mengakhiri perang dingin dengan damai itu meninggal pada usia 91 tahun di Rumah Sakit Moskow, Rusia.
Meski belum dirilis secara resmi penyebab kematian mantan sekretaris jenderal Partai Komunis Soviet itu, namun beberapa waktu lalu laporan Telegram Mash Rusia menyebut Gorbachev menderita penyakit ginjal serius.
Bahkan, mengutip New Castle Herald, Rabu (31/8/2022) menyebutkan kondisi sakit ginjal Gorbachev cukup kronik, karena ia harus menjalani cuci darah atau dialis. Meski sayangnya kabar ini belum dikonfirmasi.
Namun berdasarkan film dokumenter Gorbachev, yang saat itu ia berusia 87 tahun juga sedang menderita sakit diabetes.
Sementara itu, mengutip Hello Sehat prosedur cuci darah atau dialis umumnya dilakukan jika ginjal pada tubuh seseorang sudah tidak bisa menyaring darah dari racun. Ini berarti kondisinya sudah mengarah pada gagal ginjal.
Tidak hanya itu, jika pasien sudah harus menjalani cuci darah berarti tubuhnya sudah tidak bisa lagi mengontrol jumlah air, kadar garam, dan kalsium dalam darah.
Alhasil, zat-zat sisa metabolisme yang tidak diperlukan akan tetap tinggal di dalam tubuh dan membahayakan kondisi penderita. Pada tahap ini, ginjal hanya bekerja sekitar 10 persen dari seharusnya.
Mirisnya, prosedur cuci darah harus dilakukan seumur hidup, agar tubuh bisa bekerja normal. Prosedur bisa dihentikan apabila orang tersebut sudah menjalani transplantasi ginjal.
Umumnya ada dua jenis dialisis yang paling sering dilakukan, yaitu hemodialisis, darah akan diedarkan melalui mesin untuk dibersihkan.
Lalu kedua dialisis peritoneal, yakni cuci darah yang dibantu dengan membran peritoneal di perut untuk menyaring darah.