Keseringan Mengetik Bisa Picu Kondisi Jari Terus Menekuk, Nggak Bisa Balik Lurus!

Sabtu, 27 Agustus 2022 | 21:36 WIB
Keseringan Mengetik Bisa Picu Kondisi Jari Terus Menekuk, Nggak Bisa Balik Lurus!
Ilustrasi jari mengetik. (Elements Envato)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan jari yang terus-menerus, seperti mengetik, bisa meningkatkan risiko mengalami trigger finger atau kondisi jari terus menekuk dan tidak bisa kembali lurus.

Dokter Spesialis Bedah Ortopedi, dr. Oryza Satria, Sp.OT, menyebut kondisi ini bisa dikenali dengan gejala utama jari sulit diluruskan setelah ditekuk. Bahkan, untuk meluruskannya perlu usaha atau bahkan bantuan dari tangan lainnya.

"Selain itu, bisa pula timbul gejala lain. Misalnya saja rasa nyeri pada jari yang terkena (terutama saat beraktivitas dengan jari tersebut), pembengkakan, kekakuan atau hilangnya gerakan, serta timbul gerakan atau sensasi abnormal," ujar dr. Oryza melalui keterangan yang diterima suara,com, Sabtu (27/8/2022).

Dokter yang berpraktik di Orthopedic Center RS Pondok Indah Bintaro Jaya itu menjelaskan kondisi ini disebut trigger finger, yaitu kondisi ketika jari tertahan dalam posisi tertekuk dan sulit diluruskan.

Baca Juga: Tes Kepribadian: Ukuran Jari Manismu Ungkap Sifat Dirimu yang Sesungguhnya

Kondisi ini bisa terjadi di jari manapun yang memiliki tendon fleksor yang punya fungsi menekuk jari.

Jika kondisi ini terjadi pada ibu jari, maka disebut dengan trigger thumb atau stenosing tenosynovitis, yang bisa disebabkan beberapa hal seperti sebagai berikut:

  1. Pembesaran tendon fleksor,
  2. Penebalan lapisan tendon fleksor (Pulley), atau
  3. Penebalan jaringan lunak yang menyelubungi tendon dan lapisan tendon fleksor.

"Meski cukup banyak terjadi, kebanyakan kasus penyebab trigger finger tidak diketahui secara pasti. Walaupun begitu, gerakan berulang yang berlebihan (overuse) berisiko menyebabkan terjadinya trigger finger," jelas dokter yang juga Konsultan Hand & Microsurgery ini.

Selain itu, kondisi seperti diabetes, asam urat (gout), penyakit ginjal, kelainan penyimpanan glikogen, dan rheumatoid arthritis juga berisiko menyebabkan trigger finger.

Bahkan, khusus untuk penyandang diabetes, mereka berisiko mengalami trigger finger lebih tinggi dibandingkan bukan penyandang diabetes. Perbandingannya 10 persen dan 2,6 persen.

Baca Juga: Benarkah Generasi MIlenial Bisa Mengetik Lebih Cepat dari Gen X? Ini Faktanya

"Sekitar 50 persen kasus trigger finger pada penyandang diabetes pun terjadi pada lebih dari satu jari. Jadi, para penyandang diabetes harus lebih waspada dengan kondisi ini, ya," tutup dr. Oryza.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI