Resistensi Antibiotik Disebut Sebagai Silent Pandemic, Wamenkes Dante Ungkap Bahayanya

M. Reza Sulaiman Suara.Com
Jum'at, 26 Agustus 2022 | 21:15 WIB
Resistensi Antibiotik Disebut Sebagai Silent Pandemic, Wamenkes Dante Ungkap Bahayanya
Ilustrasi mikroba, resistensi antibiotik, resistensi antimikroba. (Shutterstock).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Penggunaan antibiotik sembarangan bisa memicu resistensi, yang berakibat pada meningkatnya jumlah penyakit kebal obat.

Bahkan menurut Wakil Menteri Kesehatan RI dr. Dante Saksono Harbuwono, mengatakan resistensi antibiotik akibat mikroba atau antimicrobial resistance (AMR) disebut sebagai silent pandemic, pasalnya angka kematian akibat AMR cukup tinggi.

“1,2 juta kematian itu terjadi karena antibiotik yang tidak mempan lagi terhadap infeksi tertentu,” ujar Wamenkes Dante dalam keterangan yang diterima Suara.com.

Ilustrasi obat antibiotik. (Foto: shutterstock)
Ilustrasi obat antibiotik. (Foto: shutterstock)

Resistensi antibiotik akibat mikroba terjadi karena protokol pengobatan yang sembarangan. Akibatnya infeksi pada pasien bertambah parah dan ini yang menyebabkan angka kematian tinggi.

Baca Juga: Bahaya Resistensi Antimikroba, 1,27 Juta Orang Meninggal Tiap Tahun karena Penyakit yang Kebal Obat

Indonesia menginisiasi pembahasan aturan penggunaan antibiotik dalam side event AMR karena Indonesia salah satu negara tropis yang angka infeksinya tinggi. Pembahasan ini diperlukan untuk mengatur penggunaan antibiotik yang lebih rasional, sehingga kematian akibat kesalahan penggunaan antibiotik menjadi berkurang.

Selain itu, resistensi antibiotik akibat mikroba bisa berasal dari hewan dan tumbuhan. Wamenkes menyoroti pendekatan one health dalam merespons masalah tersebut.

“Melalui pendekatan one health, di mana infeksi itu bisa berasal dari hewan, tumbuhan. Itu juga penting dilakukan karena ternyata banyak sekali penggunaan antibiotik pada hewan dan tumbuhan yang tidak rasional yang menyebabkan resistensi p123ada manusia,” ungkap Wamenkes Dante.

Dikatakan Wamenkes, pandemi COVID-19 mengajarkan kita bahwa kegagalan dalam kesiapsiagaan akan mengakibatkan kegagalan di berbagai bidang. Hal yang sama berlaku untuk resistensi antimikroba. Kita harus bersiap secara kolektif untuk mencegah bencana akibat AMR.

“Tidak ada satu industri pun yang dapat menghadapi ancaman ini sendirian. AMR membutuhkan banyak partisipasi dari berbagai pemangku kepentingan,” ucap Wamenkes Dante.

Baca Juga: Boleh Enggak Sih Minum Antibiotik dan Parasetamol Bersamaan?

Di tingkat nasional, Kementerian Kesehatan RI berkomitmen untuk bekerja sama dengan kementerian teknis lainnya dan secara bersamaan melakukan transformasi sistem kesehatan.

“Di antara inisiatif yang dilakukan, kami menawarkan penyelesaian masalah AMR, yakni dengan pembentukan inisiatif sains berbasis genom biomedis pada pengobatan yang bersifat presisi,” ujar Wamenkes Dante.

Ke depan, tambah Wamenkes, pihaknya akan mempercepat upaya penanggulangan AMR terutama di Indonesia. Negara-negara G20 juga memiliki peran strategis untuk mendorong pencegahan dan pengendalian AMR yang berkelanjutan di tingkat nasional dan global.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI