Suara.com - Ada banyak hal tak terduga yang terjadi pada awal pandemi virus corona Covid-19, salah satunya peningkatan permintaan operasi plastik.
Sebuah survei yang dilakukan oleh American Society of Public Surgeons (ASPS) menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan bisnis sebesar 30 persen atau lebih pada Maret 2020 di beberapa klinik yang menjadi anggota organisasi tersebut.
Sementara secara kelesuruhan, tiga perempat responden melaporkan setidaknya ada peningkatan permintaan prosedur.
"Ini pasti benar. Ada ledakan besar dalam (permintaan) operasi plastik sejak praktik kami dibuka kembali," kata ahli bedah plastik di Detroit, Anthony Youn, dikutip New York Post.
Baca Juga: Pemkot Banda Aceh Bakal Gelar Operasi Pasar untuk Tekan Laju Inflasi
Menurut survey ini, lebih dari sepertiga pasien menggunakan lockdown untuk berhemat dan menabung demi operasi plastik, atau mengalokasikan dana liburan ke membayar operasi.
Namun, survei ini mengabaikan satu faktor yang mungkin juga berkontibusi, yakni media sosial. Menurutnya, kemungkinan platform tersebut meningkatkan tren operasi plastik.
Menurut wakil presiden keuangan ASPS, Bob Basu, media sosial membuat banyak orang menyadari akan penampilan dan membuat mereka ingin mengubahnya.
"Mereka mungkin ingin terlihat lebih muda atau terlihat tidak (seperti) sedang kelelahan, yang telah menyebabkan peningkatan operasi wajah dan leher juga," kata Basu.
Prosedur yang paling diiginkan adalah sedot lemak, facelift, pembesaran payudara, pengencangan perut, dan pengencangan payudara.
Baca Juga: Semen Gresik Selenggarakan SGIC V 2022, Perkokoh Budaya Inovasi demi Keunggulan Operasi Perusahaan
Wanita berusia 31 hingga 45 tahun merupakan sebagian besar pasien yang meminta prosedur tersebut, dengan pengecualian facelift, yang terus didominasi oleh kelompok usia 45 tahun ke atas.
Sementara itu, filler bibir menjadi paling populer di kalangan wanita berusia 30 tahun ke bawah.