Alami Mati Suri, Anak 3 Tahun Ini Akhirnya Meninggal akibat Pembengkakan Otak

Kamis, 25 Agustus 2022 | 09:28 WIB
Alami Mati Suri, Anak 3 Tahun Ini Akhirnya Meninggal akibat Pembengkakan Otak
Ilustrasi rumah sakit. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Seorang gadis berusia 3 tahun telah terbangun dari kematian saat prosesi pemakamannya berlangsung. Tapi tak berapa lama kemudian, gadis kecil tersebut kembali meninggal.

Insiden yang menimpa anak bernama Camila Roxana Martinez Mendoza, yang awalnya menderita skait perut, muntah, dan demam.

Ibunya, Mary Jane Mendoza, membawanya ke dokter anak di desanya Villa de Ramos, Meksiko, pada Rabu (17/8/2022) pekan lalu.

Dokter pun merujuknya ke rumah sakit yang lebih besar, di San Luis Potosi dan mendiagnosis sang anak menderita dehidrasi.

Baca Juga: WNA Asal Barcelona Meninggal di Pangkuan Istri dan Anak saat Berlibur di Pesisir Barat

Ia pun dibawa ke Salinas de Hidalgo Community Hospital. Dokter di sana mengompresnya dengan handuk kecil untuk menurunkan suhu dan memasang oksimeter untuk menghitung kadar oksigen Camila.

Camila saat dibawa ke rumah sakit (YouTube/New York Post)
Camila saat dibawa ke rumah sakit (YouTube/New York Post)

Pada hari yang sama Camila dipulangkan dengan diberi obat parasetamol. Namun, kondisinya justru makin memburuk.

Ia kembali dibawa ke dokter yang berbeda. Tetapi, Camila terus-menerus muntah meski sudah diberi pengobatan lain.

Orangtuanya pun membawanya lagi ke Salinas dan meminta putrinya dipindahkan ke UGD.

"Mereka ingin memberinya (terapi intravena). Mereka butuh waktu lama untuk memberikan oksigen padanya (Camila)," ungkap Mendoza, dikutip dari New York Post.

Baca Juga: Update COVID-19 Jakarta 24 Agustus: Positif 2.217, Sembuh 2.074, Meninggal 3

Setelah sekitar 10 menit, infus dilepas dari Camila dan dipindahkan ke ruangan lain untuk beristirahat. Anehnya, saat itu Mendoza tidak diperbolehkan untuk menemani putrinya.

Potret Camila dan ibunya (YouTube/New York Post)
Potret Camila dan ibunya (YouTube/New York Post)

Bahkan, Mendoza dicegah untuk menemui putrinya dan disuruh menunggu di ruangan lain. Tak berapa lama kemudian, dokter menyatakan Camila meninggal dunia karena dehidrasi.

Keesokan paginya, pihak keluarga langsung mengadakan proses pemakaman. Di tengah prosesi, Mendoza melihat kaca peti mati berkabut, yang menandakan ada uap di dalam peti mati tersebut.

Awalnya pihak keluarga mengatakan Mendoza berhalusinasi dan membiarkannya membuka peti mati. Betapa terkejutnya Mendoza saat melihat Camila terbangun dari kematian dan benar-benar bernapas.

Camila pun dilarikan lagi ke rumah sakit Salinas menggunakan ambulans. Sesampainya di sana, dokter kembali menemukan Camila telah meninggal dan tidak dapat dihidupkan lagi.

Kali ini, dokter mendiagnosisnya dengan pembengkakan otak.

"Itu waktu di mana putriku meninggal. Kami hancur karena putriku adalah orang yang bahagia, dia bergaul dengan semua orang, tidak memilih siapa pun," imbuh Mendoza.

Surat kematian Camila yang pertama menyatakan sang anak meninggal karena dehidrasi. Sementara yang surat yang kedua tertulis dehidrasi, pembengkakan otak, dan kegagalan metabolisme.

Akibat kejadian ini, pihak keluarga menuntut rumah sakit karena dianggap telah lalai melaporkan kematian putrinya terlalu cepat.

Kasus memilukan sedang diselidiki oleh Jaksa Agung Negara Bagian San Luis Potosi, Jose Luis Ruiz, yang mengonfirmasi bahwa otopsi sedang berlangsung.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI