Suara.com - Infeksi cacar monyet menyebabkan gejala lesi dan ruam di kulit, terutama pada area tangan dan wajah. Menteri Kesehatan RI Budi Gunadi Sadikin mengatakan, walaupun gejala tersebut membuat penampilan jadi lebih buruk, tapi setidaknya orang yang terinfeksi bisa selamat karena tingkat risiko kematian akibat cacar monyet rendah.
"Because it only affects your skin, basically. Yeah, you look ugly definitely, but at least you will survive. (Pada dasarnya itu hanya mempengaruhi kulit Anda. Benar, Anda pasti terlihat jelek, tapi setidaknya Anda bisa bertahan)," kata Budi, saat agenda The 3rd G20 Health Working Group, dikutip dari siaran YouTube Kemenkes, Selasa (23/8/2022).
Ia menambahkan bahwa fatality rate atau tingkat kematian pada kasus cacar monyet secara global berkisar 0,04 hingga 0,05 persen. Itu terlihat berdasarkan data Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dari 39 ribu hingga 40 ribu kasus konfirmasi cacar monyet di dunia, jumlah pasien yang meninggal sebanyak 12 orang.
Budi menyebut, pasien cacar monyet yang meninggal rata-rata bukan disebabkan karena virus cacar monyet secara langsung.
Baca Juga: Cacar Monyet Masuk Indonesia, Jokowi Minta Segera Siapkan Vaksin
"Karena kalau di kulit kan nggak bisa bikin meninggal. Justru meninggalnya karena secondry infection, jadi sudah infeksi di kulit kemudian garuk-garuk. Kemudian infeksi masuk ke tubuh, kena infeksi bakteri paru. Jadi meninggalnya bisa karena karena pneumonia, itu kaitannya dengan meningitis, infeksi bakteri di otak," tuturnya.
Di Indonesia sendiri kasus positif cacar monyet telah terkonfirmasi pada satu orang laki-laki di Jakarta. Budi menyampaikan bahwa virus cacar monyet di Indonesia umumnya juga tidak fatal. Sehingga, ia meminta masyarakat tidak perlu terlalu khawatir.
"Kita pakai (pemeriksaan) genome sequence, cacar monyet ada dua tipe, Afrika barat dan Afrika Tengah, satu fatal, satu nggak. Yang fatal biasanya yang banyak di Eropa dan di Indonesia itu banyaknya yang gak fatal. Kita belum tahu variannya yang mana," jelas Budi.
Meski begitu, ia mengingatkan bahwa pencegahan tetap perlu dilakukan. Walaupun penularan cacar monyet tidak secepat infeksi Covid-19, Budi mengingatkan agar jangan lakukan kontak fisik apa pun dengan orang yang mengalami gejala cacar.
"Penularannya terjadi ketika sudah bergejala, berbeda dengan covid saat sebelum bergejala sudah bisa menular. Kalau cacar monyet, dia harus bintik-bintik dulu, keluar nanah, baru bisa menular. Sehingga dengan demikian, menghindari jauh lebih mudah karena kita sudah tahu orang itu sudah cacar monyet," kata Budi.
Baca Juga: Cacar Monyet Sudah Masuk Indonesia, Semua Masyarakat Bakal Divaksinasi?