Suara.com - Kementerian Kesehatan RI menyebut semakin banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan aplikasi kesehatan. Inilah mengapa Kemenkes mengatur pemetaan jalur digitalisasi layanan perawatan kesehatan di Indonesia dengan merilis Cetak Biru Strategi Transformasi Digital Kesehatan 2024 pada akhir 2021.
Digitalisasi pelayanan kesehatan itu dilakukan untuk menyederhanakan dan mempermudah akses layanan bagi masyarakat umum tanpa mengurangi kualitas dan efisiensi layanan kesehatan.
"Keterhubungan antar pemain kunci dalam industri kesehatan di negara yang luas dan penuh dengan keberagaman seperti Indonesia menjadi suatu keharusan untuk memastikan keberhasilan transformasi digital dalam layanan kesehatan," kata Chief Digital Transformation Office Kemenkes RI Setiaji, dalam acara diskusi APL Digital Summit 2022 di Jakarta, Selasa (23/8/2022).
Sektor kesehatan tak tepas dari penggunaan teknologi dalam perawatan pasien. Disebutkan bahwa digitalalisasi berperan penting bagi rumah sakit mempertahankan solusi yang relevan dalam memberikan layanan kesehatan kepada pasien.
Terutama sejak terjadi pandemi Covid-19 yang sempat mengganggu mobilitas orang banyak. Managing Director Boston Consulting Group (BCG) Sumit Sharma mengatakan bahwa kondisi pandemi telah mendorong industri teknologi kesehatan lokal secara signifikan dan terjadi peningkatan kesadaran akan kesehatan.
Baca Juga: Pandemi Covid-19 RI Masih Berlanjut, Menkes Budi Gunadi: Sekarang Ujiannya Enam Bulan Lagi
"Kami melihat pertumbuhan luar biasa dalam penggunaan teknologi kesehatan, dengan 57 persen warga Indonesia menggunakan aplikasi kesehatan. Hal ini menjadikan Indonesia sebagai pasar terbesar ketiga dalam hal penggunaan aplikasi kesehatan," ungkapnya.
Ditemukan aplikasi yang paling banyak digunakan oleh masyarakat Indonesia ialah Halodoc (71 persen), kemudian Alodokter (56 persen), Klik Dokter (30 persen), Good Doctor (13 persen), dan YesDok (12 persen). Rata-rata pengguna aplikasi tersebut berusia 18-50 tahun.
Tren-tren yang terus berubah dalam industri kesehatan digital juga menjadi lebih jelas. Menurut Sumit, perusahaan farmasi dan rumah sakit yang telah lakukan digitalisasi operasi akan bisa mengimbangi kecepatan inovasi teknologi dan peningkatan harapan pasien terhadap layanan kesehatan lebih lancar dan sederhana.
"Selain itu, pendekatan digital pada sektor kesehatan juga dapat diterapkan untuk mengatasi produk obat palsu dengan solusi data terintegras," ujarnya.
Baca Juga: Bangkit Bersama Keluarga Pasca Pandemi, SOS Children's Villages Gelar Run To Care 2022