Ilmuwan Menemukan Inovasi Pengobatan Baru untuk Asma, Bisa Digunakan dalam Jangka Panjang

Selasa, 23 Agustus 2022 | 15:35 WIB
Ilmuwan Menemukan Inovasi Pengobatan Baru untuk Asma, Bisa Digunakan dalam Jangka Panjang
Ilustrasi penderita asma. (Sumber: Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Pakar kesehatan memperkirakan bahwa asma memengaruhi lebih dari 250 juta orang di seluruh dunia dan menyebabkan ratusan ribu korban setiap tahun.

Untuk mencegahnya, ilmuwan kini telah menemukan inovasi pengobatan jangka panjang baru khusus untuk asma.

Obat ini tidak hanya mengatasi gejalanya saja, tetapi benar-benar menargetkan salah satu penyebabnya.

Menyadur Science Alert, obat jangka panjang ini bekerja dengan menghalangi pergerakan perisit, sejenis sel induk. Sel perisit ini paling sering ditemukan di lapisan pembuluh darah.

Baca Juga: Beberkan di Hadapan Pesulap Merah, Pasien Gus Samsudin Bayar Rp5 Juta untuk Pengobatan Tapi Tak Kunjung Sembuh

Fungsinya adalah untuk mengentalkan saluran udara pada penderita asma, sehingga ketika terjadi reaksi alergi dan peradangan maka akan membuat napas menjadi sulit.

Ilustrasi asma kambuh (unsplash.com)
Ilustrasi asma kambuh (unsplash.com)

"Dengan menargetkan perubahan di saluran napas secara langsung, kami berharap pendekatan ini pada akhirnya dapat menawarkan pengobatan yang lebih permanen dan efektif daripada (obat) yang sudah tersedia," kata ahli biologi dan farmakologis, Jill Johnson.

Obat yang tersedia, yakni steroid, dapat membantu dengan merelaksasi saluran udara dan mengurangi peradangan, tetapi bukan solusi jangka panjang atau permanen.

Menghentikan perisit agar tidak ke dinding saluran napas akan memengaruhi pada salah satu penyebab sesak napas.

Untuk memengaruhi perisit, peneliti menargetkan protein disebut CXCL12.

Baca Juga: Puluhan Dokter Spesialis Hadiri Pengobatan Gratis di Gunung Lawu, Warga Datang dari Berbagai Daerah

Dalam studi terhadap tikus, memblokir protein CXCL12 dapat mengurangi gejala hanya dalam satu minggu dan menghilangkan semua gejala asma dalam dua minggu.

Menurut peneliti, itu adalah tanda yang menjanjikan untuk efektivitas pengobatan, yang juga diuji pada sel-sel jaringan manusia di laboratorium.

Tetapi, studi ini baru pada tahap awal dan perlu dilakukan penelitian selanjutnya.

"Penelitian kami masih pada tahap awal dan penelitian lebih lanjut diperlukan sebelum kami dapat menguji ini pada manusia," tandas Johnson.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI