Studi Inggris: Masalah Pipis Terus atau Inkontinensia Mungkin Disebabkan Faktor Genetik atau Turunan

Risna Halidi Suara.Com
Selasa, 23 Agustus 2022 | 03:15 WIB
Studi Inggris: Masalah Pipis Terus atau Inkontinensia Mungkin Disebabkan Faktor Genetik atau Turunan
Ilustrasi Buang Air Kecil. (pixabay)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Inkontinensia atau kondisi di mana seseorang tidak mampu mengontrol buang air kecil ternyata berhubungan dengan gen bawaan tertentu.

Satu dari empat perempuan menderita 'stres inkontinensia'.

Kondisi itu menyebabkan urine keluar saat mereka tertawa, bersin, batuk, berolahraga atau gerakan yang memberi tekanan pada kandung kemih. 

Peneliti dari Imperial College London - Dr Rufus Cartwright mengatakan, menemukan bahwa gen berperan sehinggamembuat obat penawarnya menjadi sebuah prioritas.

Baca Juga: Gelar Tes Urine dan Geledah Kamar Napi di Lapas Kalianda, Ini Hasilnya

Penemuan itu diharapkan membawa harapan bahwa masalah yang memengaruhi jutaan perempuan tersebut dapat disembuhkan dengan obat-obatan yang ada. 

Dikatakan 25% perempuan mengalami inkontinensia yang cukup buruk hingga merusak kualitas hidup mereka.

Saat ini, baru ada solusi berupa terapi yaitu meliputi latihan dasar di panggul dan latihan kandung kemih, serta saran untuk minum lebih dikit dan menurunkan berat badan.

Bahkan dalam beberapa kasus, tindakan operasi harus dilakukan. Kondisi tersebut terjadi disebabkan oleh beberapa hal seperti persalinan alami dan menopause. 

Bahkan menurut peneliti, lebih dari separuh kasus masalah inkontinensia terjadi karena warisan atau keturunan. 

Baca Juga: Urine Terlalu Sering Keruh dan Berulang, Bisa Jadi Tanda 3 Kondisi Medis Ini

Penelitian sendiri dilakukan terhadap 9000 perempuan di Finlandia dan Inggris.

Mereka kemudian menemukan bahwa gen tertentu menyebabkan inkontinensia serta masalah kesehatan lain yaitu pulmonary hypertension dan Raynaud’s syndrome.

"Studi sebelumnya gagal mengonfirmasi penyebab genetik untuk kasus inkontinensia," tambahnya.

"Meskipun saya sangat berharap bisa menemukan sesuatu yang signifikan, selalu ada tantangan besar termasuk menemukan jumlah perempuan yang bisa berpartisipasi dan mengumpulkan informasi terkait inkontinensia."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI