Dokter Temukan Kasus Penularan Cacar Monyet Langka yang Tidak Berkaitan dengan Seks

Senin, 22 Agustus 2022 | 15:50 WIB
Dokter Temukan Kasus Penularan Cacar Monyet Langka yang Tidak Berkaitan dengan Seks
Ilustrasi pemeriksaan cacar monyet [iStockphoto/atakan]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Dokter menemukan sebuah kasus penularan cacar monyet yang langka terjadi. Insiden ini terjadi pada seorang pria yang tertular virus monkeypox setelah menghadiri acara besar di luar ruangan.

Pria ini mengaku sudah berbulan-bulan belakangan belum pernah berhubungan seks dengan siapa pun.

Pria yang tidak disebutkan namanya dan berusia 20-an asal AS ini mengalami ruam selama dua minggu setelah acara di Inggris tersebut.

Menurut laporan dokter di jurnal Emerging Infectious Disease, ruam pada pria ini muncul di telapak tangan kiri, buku jari di kedua tangan, bibir, dan dada.

Baca Juga: Pemerintah Didorong Segera Lakukan Vaksin Cacar Monyet Cegah Penyebaran Lebih Luas

Setelah menjalani tes swab PCR, hasilnya menunjukkan ia positif terinfeksi monkeypox. Sang pria tidak mengalami gejala khas cacar monyet lainnya, seperti demam, pembengkakan kelenjar getah being, kelelahan.

Ilustrasi penyakit cacar monyet atau monkeypox. (Pixabay)
Ilustrasi penyakit cacar monyet atau monkeypox. (Pixabay)

Menyadur Insider, gejala tambahan pada wabah cacar monyet saat ini adalah adanya lesi di alat kelamin dan anus.

Sebagian besar penularan cacar monyet saat ini melalui hubungan seksual

Kasus ini disebut langka karena sebagian besar dari 39.434 kasus cacar monyet di negara non-endemik saat ini, terjadi pada mereka yang telah melakukan aktivitas seksual dengan orang yang terinfeksi.

Walau orientasi seksual pria ini adalah biseksual, pasien mengaku belum pernah berhubungan seks dalam tiga bulan terakhir.

Baca Juga: 22 Ribu Lebih Tenaga Kesehatan di Sumut Sudah Disuntik Vaksin Dosis Keempat

Tetapi, cacar monyet sebenarnya dapat menulari siapa saja dan melalui beberapa cara, yakni bersentuhan dengan luka, benda yang terkontaminasi, hingga cairan tubuh orang yang terinfeksi.

"Semakin lama menghabiskan waktu bersama orang yang terinfeksi, semakin tinggi risiko penularan," kata peneliti senior di Universitas Oxford, Inggris, Jake Dunning.

Dokter belum dapat memastikan bagaimana pria ini dapat terinfeksi. Namun, peneliti penyakit menular di Universitas Stanford, AS, Abraar Karan, mengatakan bahwa kasus ini tidak seharusnya dikhawatirkan karena termasuk peristiwa yang sangat langka.

"Sebagian besar penularan masih melalui jaringan seksual berisiko tinggi dan paparan seksual berisiko tinggi," kata Karan.

Gejala pria ini sembuh tanpa pengobatan apa pun dalam 26 hari setelah muncul.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI