Cedera Olahraga Dapat Diatasi dengan Minimal Invasive Surgery, Bagaimana Prosedurnya?

Kamis, 18 Agustus 2022 | 09:12 WIB
Cedera Olahraga Dapat Diatasi dengan Minimal Invasive Surgery, Bagaimana Prosedurnya?
Ilustrasi Cedera Olahraga. (Shutterstock)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Masih banyak orang yang menganggap remeh cedera olahraga. Biasanya, mereka memilih untuk membiarkan cedera hingga pulih dengan sendirinya, atau beberapa memilih untuk diurut.

Padahal, cedera olahraga bisa berdampak serius, lho. Bahkan, tak jarang bisa sampai membutuhkan perawatan serius, termasuk pembedahan.

Salah satu proses penanganan cedera serius adalah minimal invasive surgery. Menurut dokter spesialis bedah ortopedi sekaliguan konsultan sports injury & arthroskopi dari RS Pondok Indah-Bontaro Jaya, dr. Andy Nusawarta, M.Kes, Sp.OT (K-Sport), minimal invasive surgery ini merupakan proses bedah menggunakan sayatan kecil, melalui alat artroskop atau endoskop.

Biasanya, pembedahan satu ini dilakukan pada pasien yang mengalami cedera olahraga berat, seperti putusnya ligamen, robekan di bantalan sendi, cedera tulang rawan, robekan otot, hingga cedera pada tulang.

Baca Juga: Ngeri! Pemandu Wisata Terjebak di Mulut Kudanil Sampai Kehilangan Lengan

Menurut dr. Andy, pembedahan ini sendiri dilakukan agar kondisi pasien yang mengalami cedera dapat kembali pulih dan bisa berolahraga kembali. Pembedahan ini sendiri dilakukan hanya dengan membuat sayatan kecil, sehingga proses penyembuhannya juga terbilang cepat.

“Mengapa minimal invasive surgery dilakukan? Pembedahan ini sayatannya kecil, jadi jahitannya lebih sedikit, bekas luka lebih kecil, nyeri pascaoperasi juga lebih ringan, waktu pemulihannya jadi singkat juga sehingga pasien dapat kembali berolahraga,” jelas dr. Andy dalam Konferensi Pers Grand Opening Sport Medicine, Injury & Recovery Center, RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, Selasa (16/8/2022).

Dr. Andy menjelaskan prosedur minimal invasive surgery sebagai berikut:

  1. Pembiusan pasien (anestesi umum/anestesi lokal).
  2. Membuat ‘portal’, yaitu sayatan kecil di kulit sekita 0,5 cm untuk memasukan alat arthroskopi ke dalam sendi.
  3. Nantinya dari portal tersebut akan dimasukan kamera, pencahayaan, dan cairan untuk mengisi sendi, serta alat untuk menarik, mendorong, menggunting, menjahit cedera.
  4. Untuk melihat kondisi sendi sendiri, dokter akan mengamati melalui monitor dari kamera yang dimasukan bersama alat. Nantinya, ketika sudah diperbaiki bagian yang cedera, luka akan ditutup dengan jahitan dan pasien tinggal menunggu masa pemulihan.

Dr. Andy juga mengungkapkan bahwa pascaaoperasi pasien tidak langsung bebas begitu saja. Terdapat masa-masa pemulihan yang harus diperhatikan, misalnya:

  1. Luka sayatan yang dijahit akan dibalut dengan kassa.
  2. Melakukan kompres dingin atau es pada area sendi yang dioperasi.
  3. Untuk waktu rawat inap sendiri biasanya selama 1-2 hari pascaoperasi. Jika kondisi pasien baik dan tidak ada perawatan khusus, diperbolehkan pulang serta dapat melakukan aktivitas sehari-hari.
  4. Menggunakan alat bantu gerak khusus pada beberapa pasien, tergantung jenis pembedahannya.
  5. Pemulihan ini sendiri juga tidak hanya dari operasi, melainkan adanya latihan atau terapi agar kembali normal, tetapi berdasarkan konsultasi dengan dokter.
  6. Latihan yang dilakukan dimaksudkan untuk melatih otot dan urat yang baru.
  7. Konsultasi dengan dokter untuk mengoptimalkan proses penyembuhan hingga benar-benar sembuh total.

Baca Juga: Han So Hee Masih Belum Pulih dari Cedera, Agensi Ungkap Kondisi Terkini Sang Aktris

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI